Generasi milenial adalah generasi yang terdiri dari orang-orang yang lahir pada awal tahun 1980-an sampai awal tahun 2000-an. Berbeda dengan generasi pendahulunya (generasi X), anak-anak generasi milenial tidak hanya hidup pada zaman yang relatif damai, tetapi juga zaman ketika ekonomi dan pendidikan bisa tumbuh dengan baik.
Di masa ini, generasi milenial juga menyaksikan perubahan teknologi yang begitu cepat. Penulis pribadi pernah menyaksikan perubahan dari zaman handphone masih hanya bisa digunakan untuk menelpon dan SMS hingga handphone yang bisa dipakai untuk browsing di internet dan bahkan mengontrol barang elektronik lain di sekitarnya.
Kondisi ekonomi yang baik, sosial politik yang relatif damai dan perubahan teknologi cepat ini tidak ada pada zaman generasi sebelumnya (generasi X atau baby boomers). Oleh sebab itu, tidak heran jika terdapat perbedaan antara karakteristik entrepreneur di era milenial dengan wirausahawan yang lahir sebelumnya.
1. Menjadi Entrepreneur Bukan Hal yang Asing
Terdapat perubahan preferensi pekerjaan antara generasi milenial dan generasi sebelumnya. Tentu banyak di antara generasi orang tua Anda yang ingin dirinya atau anaknya menjadi karyawan di sebuah perusahaan besar, karyawan BUMN atau PNS. Hal ini karena pada zaman mereka, bekerja di sektor publik adalah hal yang sangat diimpikan karena menawarkan pekerjaan yang berpendapatan tetap dan memiliki pensiun.
Hal ini berbeda dengan generasi saat ini. Saat ini, menjadi PNS dan pegawai BUMN atau pegawai swasta bukan menjadi satu-satunya pilihan karir yang diinginkan oleh anak muda. Tumbuh dengan menyaksikan kesuksesan Steve Jobs, dan Mark Zuckerberg, generasi milenial juga terbuka untuk bekerja sebagai wiraswasta atau entrepreneur.
2. Milenial Suka Berkolaborasi
Meskipun office politic dan penyalahgunaan ide masih ada dimana-mana, namun tidak dapat dipungkiri bahwa individu yang lahir pada awal tahun 1980-an sampai awal 2000-an cenderung lebih suka berkolaborasi dan membagikan ide mereka dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Anak milenial, suka membagikan idenya kepada orang lain dan menerima tanggapan dari orang lain tersebut.
Hal ini didukung dengan perkembangan teknologi, seperti Google Workspaces dan aplikasi meeting online yang mendukung adanya kolaborasi antar sesama karyawan dari jarak jauh. Hal ini memungkinkan karyawan atau entrepreneur dari belahan dunia manapun bisa berkolaborasi satu sama lain. Belum lagi saat ini banyak perusahaan yang membuat setting kantornya dengan lebih terbuka untuk kolaborasi.
3. Memiliki Digital Mindset yang Tinggi
Tumbuh besar ketika handphone masih barang langka hingga smartphone berada dimana-mana, generasi milenial relatif memiliki digital mindset yang lebih dalam dibandingkan dengan generasi sebelumnya dan setelahnya.
Entrepreneur milenials tidak hanya memiliki rekening bank, tetapi juga bisa memanfaatkan teknologi finansial terbaru, seperti bank digital atau virtual account (VA) untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dengan literasi digital yang tinggi ini, mereka juga bisa membuka peluang yang sebelumnya tidak ada pada generasi sebelumnya.
4. Uang Bukan Satu-Satunya Motivasi
Salah satu karakter entrepreneur milenial yang utama adalah uang bukan satu-satunya motivasi kerja mereka. Uang hanyalah salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan. Selain uang, mereka juga bekerja untuk mencapai tujuan yang lebih besar, misalnya untuk mengikuti passion, atau menciptakan dunia yang lebih baik bagi bumi maupun masyarakat yang kurang beruntung.
Hal ini karena dunia yang lebih damai dan ekonomi yang lebih maju, membuat milenial memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bekerja tidak hanya karena kebutuhan, tetapi juga passion. Kondisi lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang juga mendorong mereka untuk mencari motivasi lain selain uang. Maka dari itu, tidak heran jika saat ini juga muncul istilah sociopreneur atau entrepreneur yang membuka usaha tidak hanya untuk keuntungan moneter, tetapi juga untuk manfaat sosial dalam karakteristik entrepreneurship di era milenial.
5. Berpikir Out of The Box
Dalam tiga dekade terakhir, dunia setidaknya mengalami 3 krisis ekonomi, yaitu krisis moneter tahun 1998, krisis finansial 2008 dan krisis akibat pandemi covid 19 tahun 2020. Generasi milenial menghadapi semua krisis tersebut. Maka dari itu, tidak heran jika anak milenial dituntut untuk fleksibel dan kreatif untuk bisa bertahan. Akibatnya, individu yang tumbuh di masa-masa ini cenderung bisa berpikir kreatif dan out of the box.
6. Suka Berinovasi
Tuntutan berpikir kreatif dan out of the box ditambah dengan panutan dari orang seperti Steve Jobs dan Mark Zuckerberg, membuat karakter entrepreneur milenial cenderung lebih suka berinovasi dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Bagi anak generasi milenial, inovasi tidak melulu keluar akibat dari tekanan dan tuntutan, inovasi juga bisa dipelajari dari bangku sekolah maupun dari pengalaman kerja. Maka dari itu, tidak heran jika anak milenial baru mulai berinovasi setelah mereka mendapatkan pengalaman dan pendidikan yang dirasa cukup.
7. Lebih Menghargai Pengalaman
Entrepreneur milenial memang orang yang cukup mengejar proses dan hasil, namun lebih dari itu, mereka juga lebih menghargai pengalaman. Dalam hal ini, entrepreneur milenial bisa menghargai kegagalan dan memandang kegagalan tersebut sebagai pengalaman. Hal ini tentunya berbeda dari generasi sebelumnya yang mengejar hasil, atau jabatan tertentu di perusahaan tertentu namun tidak terlalu mengapresiasi pengalaman dan kegagalan.
8. Suka Hidup Nomaden
Seiring dengan lebih menghargai pengalaman, entrepreneur yang hidup di zaman milenial juga suka hidup nomaden atau berpindah-pindah. Tentu hal ini tidak mengherankan jika mengingat bahwasanya pasca covid19 banyak karyawan yang lebih suka work from home (WFH), work from anywhere (WFA), atau hybrid (kadang pergi ke kantor, kadang tidak), dibandingkan dengan bekerja di kantor (work from office).
9. Lebih Berfokus Pada Hasil
Meskipun juga menghargai proses, namun seorang entrepreneur generasi milenial juga lebih berfokus pada hasil dibandingkan pada, misalnya jam kerja. Milenial akan senang jika bisa memanfaatkan waktu mereka sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga mereka tidak suka jika waktu mereka terbuang sia-sia atau tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.
10. Wirausaha Berdasarkan Data
Saat ini ada banyak data yang bisa digunakan untuk mengembangkan bisnis. Misalnya, data insight yang ada di media sosial, atau data viewers iklan di YouTube atau data leads yang membeli produk dari website dan lain sebagainya. Data-data tersebut dapat diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan keputusan bisnis yang lebih akurat.
Dengan perkembangan teknologi Big Data yang besar ini, maka tidak heran jika wirausahawan saat ini yang mendasarkan bisnisnya berdasarkan data. Misalnya, Anda tidak akan mengiklankan produk mereka ke Facebook karena menurut data demografi pengguna aplikasi tersebut, pengguna