Tahukah Anda, jika tidak semua bisnis atau perusahaan itu didirikan semata-mata hanya untuk mencari keuntungan? Ada juga bisnis yang tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga didirikan untuk memberikan dampak untuk masyarakat, sosial dan lingkungan. Bisnis-bisnis seperti ini disebut dengan social enterprise atau bisnis sosial.
Perusahaan seperti ini tidak hanya berbeda dengan perusahaan biasa, tetapi juga berbeda dengan organisasi non-profit yang tidak berfokus pada mencari keuntungan. Ketahui apa itu bisnis sosial dan cara membangunnya dengan membaca artikel berikut ini:
Apa Itu Bisnis Sosial?
Social enterprise atau bisnis sosial adalah bisnis yang tidak hanya berfokus pada mencari keuntungan, tetapi juga berfokus untuk memberikan dampak yang lebih luas untuk kondisi sosial, alam dan masyarakat. Dalam literatur lain, istilah ini seringkali juga disebut dengan kewirausahaan sosial atau sociopreneurship.
Social enterprise berbeda dengan perusahaan biasa yang hanya berusaha untuk mencari keuntungan, tetapi juga berbeda dengan lembaga nirlaba yang operasionalnya hanya bergantung pada charity atau donasi. Pada bisnis sosial, perusahaan tetap akan mencari pendapatan dan laba, tetapi pendapatan dan laba itulah yang nantinya akan digunakan untuk memberikan dampak yang lebih luas untuk masyarakat.
Contohnya adalah pemotongan dana donasi sebesar 5% di aplikasi Kitabisa. Dana donasi yang terkumpul di aplikasi ini (kecuali donasi untuk zakat dan bencana alam) akan dipotong sebesar 5% untuk keperluan operasional Kitabisa, seperti untuk membayar tenaga kerja, melakukan perbaikan sistem dan lain sebagainya.
Bagaimana Konsep Bisnis Sosial?
Konsep bisnis sosial cukup sederhana, yaitu perusahaan Anda menjual barang dan jasa sebagaimana perusahaan pada umumnya. Hanya saja, laba dan operasional perusahaan tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah sosial yang diusung.
Misalnya, perusahaan A memproduksi es krim dan makanan ringan dengan mempekerjakan karyawan disabilitas. Hal ini karena pemilik perusahaan A menyadari bahwa orang dengan disabilitas memiliki peluang kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. Pendapatan dan laba perusahaan tersebut lantas tidak hanya digunakan untuk menggaji karyawan, tetapi juga digunakan untuk kegiatan sosial terkait disabilitas, misalnya digunakan untuk mendirikan dan mengelola Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sumber Pendanaan Bisnis Sosial
Meskipun masih berusaha untuk mendapatkan pendapatan dan laba, namun pemasukan seorang wirausaha sosial tidak hanya dari internal perusahaan. Beberapa sumber pendanaan bisnis sosial adalah:
- Donasi dari masyarakat. Bisnis sosial tidak menggantungkan diri dari penghasilan donasi ini. Namun, masyarakat tetap bisa memberikan donasinya dalam bentuk membeli merchandise yang dirilis perusahaan atau berdonasi secara langsung.
- Bantuan dari pemerintah. Pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup bisa memberikan bantuan kepada pemilik usaha sosial terpilih.
- Corporate social responsibility (CSR). Setiap perusahaan di Indonesia wajib mengalokasikan dana CSR untuk kepentingan publik. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemilik usaha sosial yang ingin mendapatkan pendanaan tambahan.
- Pinjaman dari bank maupun dari lembaga keuangan lainnya. Pemilik usaha sosial juga bisa mengajukan pinjaman dari bank maupun dari lembaga keuangan lainnya. Hanya saja untuk mendapatkan pinjaman ini, perusahaan harus bisa meyakinkan lembaga keuangan tersebut kalau mereka adalah perusahaan yang pantas untuk mendapatkan pinjaman.
Contoh Bisnis Sosial di Indonesia
1. Kitabisa
Salah satu contoh bisnis sosial entrepreneur terkemuka di Indonesia adalah platform donasi kitabisa.com. Didirikan pada tahun 2013, platform ini dibuat untuk menyalurkan donasi dari donatur kepada orang-orang atau lembaga yang membutuhkan.
Hingga tulisan ini dibuat, diperkirakan lebih dari 7 juta orang, 3.000 NGO dan 250 perusahaan telah bekerjasama dengan perusahaan ini baik sebagai donatur maupun penggalang dana. Diperkirakan setiap tahunnya kitabisa.com berhasil menyalurkan ratusan miliar donasi kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kitabisa.com memang tidak menjual produk. Namun perusahaan ini bekerjasama dengan perusahaan lainnya untuk menyalurkan dana CSR perusahaan tersebut. Selain itu sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pendapatan kitabisa.com juga diperoleh dari potongan donasi sebesar 5% yang dipotong dari total keseluruhan donasi penggalangan dana kecuali untuk zakat dan bencana.
2. Waste4change
Contoh bisnis sosial entrepreneur yang kedua adalah Waste4change. Didirikan pada tahun 2014, perusahaan ini bertujuan untuk membantu mengatasi masalah sampah di Indonesia. Tidak hanya individu, perusahaan ini juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk menyediakan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengelola sampah, pengumpulan dan pengelolaan sampah serta konsultasi dan pelatihan pengelolaan sampah untuk karyawan.
Beberapa perusahaan dan lembaga yang telah bekerjasama dengan perusahaan ini seperti, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), perusahaan furniture IKEA dan Bank DBS Indonesia. Layanan yang disediakan untuk lembaga ini bervariasi mulai dari penelitian, hingga pengambilan dan pemilahan sampah terintegrasi.
Cara Memulai Bisnis Sosial untuk Pemula
1. Tentukan isu sosial yang ingin diangkat
Untuk membuat sebuah bisnis sosial, Anda harus tahu terlebih dahulu mengenai isu yang ingin Anda angkat. Pada perusahaan Waste4change di atas misalnya, isunya adalah masalah sampah, sementara pada laman kitabisa adalah masalah keterbatasan akses donasi. Setelah mengetahui isu tersebut, maka Anda bisa menemukan ide bisnis dan model bisnis yang bisa diangkat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Lakukan riset
Setelah mengetahui ide bisnis yang ingin Anda angkat, maka Anda harus melakukan riset pasar mengenai ide bisnis tersebut. Riset pasar ini seperti, bagaimana cara memproduksinya, siapa saja target pasarnya hingga bagaimana bisnis modelnya. Sebab, seringkali ide bisnis yang menarik saja tidak cukup untuk membuat sebuah perusahaan sukses di pasaran. Hal ini khususnya apabila produk perusahaan tersebut ternyata tidak menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.
3. Buat rencana bisnis
Apabila riset yang dilakukan sudah mencukupi, kini saatnya Anda membuat rencana bisnis (business plan). Business plan adalah dokumen yang berisi rangkuman rencana bisnis Anda selama beberapa periode kedepan. Selain bisa membuat langkah bisnis Anda semakin terarah, adanya business plan ini juga dapat membantu Anda mencari investor baik itu dari investor pribadi maupun perbankan.
4. Cari investor
Bisnis tentunya tidak dapat berjalan dengan tanpa modal. Anda tentu saja bisa mengambil modal dari tabungan sendiri (bootstrapping), namun biasanya dana tabungan ini terbatas, sehingga perusahaan tidak bisa berkembang lebih cepat. Oleh sebab itu, penting bagi pebisnis untuk mencari investor.
Ada banyak cara untuk mencari investor, seperti dengan mengikuti event-event untuk startup, mengikuti komunitas usaha hingga mengajukan pinjaman dari bank. Namun ingat, dana dari investor ini harus dipertanggungjawabkan sebaik mungkin.
5. Mulai berbisnis dan memberikan dampak
Modal dan rencana saja tidak cukup untuk membuat sebuah perusahaan yang sukses. Tetap diperlukan kesabaran dan sikap tahan banting selama bertahun-tahun untuk membuat perusahaan, baik itu perusahaan biasa maupun bisnis sosial untuk menjadi bisnis yang sukses.