Lompat ke konten

Franchise Warmindo: Gambaran Umum

Franchise Warmindo

Warmindo atau warung makan indomie adalah salah satu konsep warung makan yang banyak ditemukan di daerah-daerah dekat kampus. Di beberapa daerah, Warmindo juga sering disebut sebagai Burjo (Bubur kacang hijau) dan sering disebut sebagai sahabat mahasiswa.

Meskipun warmindo mirip seperti warung makan biasa dan bermodal minim, namun terdapat konsep-konsep khusus yang sulit untuk diduplikasi oleh warung makan berkonsep lain. Berikut ini gambaran umum mengenai franchise Warmindo.

Sejarah Warmindo

Sejarah warmindo dan bagaimana usaha makanan ini bisa tumbuh pesat di Yogyakarta cukup simpang siur. Namun mayoritas sumber mengatakan bahwa konsep Burjo atau warmindo memang pertama kali dibawa ke Yogyakarta oleh orang-orang asal Kuningan Jawa Barat. 

Mengenai tahun masuk, terdapat penjelasan yang berbeda. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sekitar tahun kemerdekaan Burjo sudah ada di Yogyakarta, beberapa juga menyebut baru kisaran tahun 70-80an. 

Menurut pemberitaan dari Asumsi, Burjo atau Warmindo masuk ke Semarang pada dekade 60-an. Baik di Yogyakarta maupun Semarang, Burjo awalnya hanya menyediakan bubur kacang hijau sebagai menu utama. 

Baru ketika memasuki dekade 80 sampai 90 an dan ada tawaran kerjasama dari Indofood, Burjo lantas berubah menjadi Warmindo dan menyediakan hasil olahan produk mie instan tersebut. 

Hingga kini lebih dari 11 ribu dan 1.000 Warmindo beroperasi di Yogyakarta dan Semarang. Mayoritas dari Warmindo tersebut tetap dikelola oleh warga Kuningan atau keturunannya. Bahkan menurut tulisan Badrul Arifin di Medium.com, banyak dari Warmindo tersebut yang tidak dikelola oleh pemilik langsung melainkan pemilik mempekerjakan tenaga kerja langsung dari Kuningan.  

Kerjasama Dengan Indofood

Seperti yang tertulis di atas, Warmindo bekerjasama dengan Indofood sejak dekade 80-an. Sejak saat itu, perlahan-lahan ada penyeragaman identitas Warmindo. Warmindo kini identik dengan menghadirkan makanan olahan mie instan dan dengan warna warung yang unik. 

Umumnya, Warmindo dicat dengan warna kuning atau hijau dan memiliki banner warna merah, kuning dan hijau sebagai identitas warmindo. Warna banner ini adalah salah satu bentuk penyeragaman identitas yang dilakukan oleh Indofood. 

Tidak hanya itu, Indofood juga menyelenggarakan berbagai program yang mendukung perkembangan mitra lamanya ini. Program-program tersebut seperti, pemberian mudik gratis, penghargaan untuk mitra Warmindo terbersih dan lain sebagainya. 

Meskipun bekerjasama dengan Indofood, Warmindo tetap berhak menentukan kebijakan operasional mereka sendiri. Kebijakan operasional seperti, menu yang ditawarkan, harga makanan dan minuman bahkan desain warung (selain banner) juga bisa didesain sendiri. Jadi tidak heran jika Warmindo satu dengan Warmindo lainnya tetap ada perbedaan yang khas. 

Pangsa Pasar Warmindo

Warmindo adalah salah salah satu warung makan yang sering ditemukan di dekat-dekat kampus terutama di Yogyakarta. Hal ini karena pangsa pasar utama warung makan ini memang mahasiswa. 

Pangsa pasar mahasiswa adalah salah satu pangsa pasar makanan paling menjanjikan. Sebab, mahasiswa seringkali tidak sempat memasak sendiri karena sibuk kuliah, mengerjakan tugas dan terlibat dalam organisasi. 

Namun demikian, pangsa pasar kelas ini bukan tidak memiliki risiko. Pendapatan utama mahasiswa diperoleh dari uang saku yang mereka dapatkan dari orang tua di rumah yang seringkali juga pas-pasan. 

Akibatnya, mahasiswa tidak jarang ‘berhutang’ ke pemilik Warmindo sementara pemilik ‘Warmindo’ terkadang juga segan menagih utang tersebut karena tahu akan keterbatasan mahasiswa ini. 

Meskipun tampak dermawan, akan tetapi apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan kerugian berkepanjangan. 

Menu Yang Ditawarkan Warmindo

Sesuai dengan namanya, menu utama Warmindo adalah olahan Indomie. Masih menurut pemberitaan Asumsi, satu unit Warmindo biasanya memiliki 5 sampai 7 varian rasa Indomie dan dalam satu hari bisa menghabiskan satu atau dua kardus Indomie sekaligus.

Akan tetapi, menu yang mereka tawarkan tidak hanya sebatas mie goreng dan mie rebus. Menurut pengalaman penulis, biasanya Warmindo menyajikan beberapa menu berikut ini:

Makanan

  • Aneka macam Indomie goreng baik pakai telur atau tidak.
  • Aneka macam Indomie rebus baik pakai telur atau tidak.
  • Mie dok dok (Mie rebus dicampur beberapa bumbu khusus)
  • Nasi goreng
  • Magelangan (Nasi goreng dicampur dengan mie)
  • Nasi telur atau lauk pauk lainnya
  • Bubur kacang hijau
  • Aneka macam gorengan

Minuman

  • Air putih
  • Es teh dan teh hangat
  • Es jeruk dan jeruk hangat
  • Kopi
  • Aneka macam minuman sachet (biasanya Good Day atau minuman sachet kopi lainnya).

Harga yang ditawarkan untuk 1 porsi makanan dan minuman relatif terjangkau. Satu bungkus mie goreng telur umumnya diberi harga kisaran 6000 sementara tanpa telur 5000. Adapun untuk olahan nasi berkisar 5000-10.000 tergantung lauknya. Demikian pula dengan harga minuman yang hanya dijual mulai dari 2.500 sampai 3.500 rupiah. 

Jam operasional mayoritas Burjo juga 24 jam. Maka tidak heran jika Warmindo adalah sahabat mahasiswa saat akhir bulan. 

Omzet Warmindo

Omzet yang dihasilkan masing-masing Warmindo bervariasi tergantung dengan biaya yang perlu dibayar dan lokasi Warmindo tersebut. Beberapa sumber menyebut bahwa omzet usaha ini bisa mencapai 1-2 juta per hari dengan laba bersih sekitar 400 ribu per hari. 

Biaya tersebut terdiri dari biaya sewa lapak, biaya pengisian barang dagang mulai dari mie instan, bumbu-bumbu, biaya gaji karyawan, biaya listrik dan sebagainya. Umumnya semakin strategis lokasi sebuah Warmindo, tidak hanya semakin ramai pula Warmindo tersebut tapi juga semakin tinggi biaya sewanya. 

Banyak Warmindo yang berlokasi di area dekat kampus yang notabene memiliki biaya sewa lapak yang mahal. Untuk mengatasi hal ini, tidak jarang para pengelola dan pemilik Warmindo menjadikan lapak mereka tersebut sekaligus tempat tinggal. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *