Laporan laba rugi adalah salah satu aspek penting dalam sebuah laporan keuangan. Laporan ini berisi rangkuman hasil kegiatan operasi perusahaan dalam satu periode akuntansi tertentu.
Umumnya laporan ini ditampilkan sebagai bagian dari neraca lajur yang terdiri dari dua kolom satu kolom debit yang berisi rincian biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan dan satu kolom lagi berisi kolom pendapatan perusahaan.
Meskipun ditampilkan dengan cukup rinci, nyatanya laporan ini masih memiliki kekurangan berupa, masih belum mencakup pendapatan lain non operasi dan bagi hasil antara perusahaan dan pemilik saham perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu, laporan ini kemudian dikembangkan lagi menjadi laporan laba rugi komprehensif. Pahami apa itu laporan laba rugi komprehensif dengan membaca artikel di bawah ini.
Pengertian Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan hasil kinerja perusahaan (baik rugi atau laba) yang sudah mencakup pendapatan dan beban yang bukan non operasional perusahaan seperti, biaya pajak, pendapatan entitas anak dan lain-lain.
Tidak jarang dokumen ini juga sudah mencakup total keuntungan perusahaan yang kembali ke kas perusahaan (retained earning) dan total keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada masing-masing pemilik saham (earning per share).
Laporan laba rugi komprehensif ini penting untuk dimiliki oleh perusahaan yang sudah mempunyai anak perusahaan atau bekerja sama dengan perusahaan lain. Sebab, bagian ini sudah mencakup segala biaya dan pendapatan yang diperoleh perusahaan atas investasi mereka.
Jenis Laporan Laba Rugi Komprehensif
Dilihat dari cara penyampaiannya, laporan ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Bentuk tunggal
Dalam bentuk tunggal, pencatatan laporan laba rugi sebuah perusahaan digabung dengan pencatatan laporan penghasilan komprehensif perusahaan tersebut. Adapun komponen yang harus ada dalam dokumen ini adalah:
- Pendapatan operasional perusahaan.
- Biaya operasional yang harus dibayar perusahaan.
- Beban pajak.
- Bagi hasil (baik untung atau rugi) dari anak perusahaan atau hasil kerjasama perusahaan dengan perusahaan lain (joint venture).
- Laba atau rugi setelah pajak.
- Tambahan dari pendapatan komprehensif lainnya.
2. Bentuk Ganda
Pada jenis ini, terdapat pemisahan antara laporan laba rugi perusahaan dengan laporan penghasilan komprehensif sehingga perusahaan harus membuat dua dokumen secara terpisah.
Laporan laba rugi perusahaan di bagian ini dibuat sebagaimana laba rugi pada umumnya sementara laporan penghasilan komprehensif minimal terdiri dari:
- Bagi hasil dari anak perusahaan.
- Biaya investasi untuk anak perusahaan tersebut.
- Beban pajak yang bisa jadi tidak bisa dimasukkan ke dalam laba rugi biasa.
- Laba rugi komprehensif setelah dikurangi pajak.
- Total laba rugi komprehensif.
Fungsi Laporan Laba Rugi Komprehensif
Setidaknya, terdapat 3 fungsi yang membuat laporan ini sebagai laporan penting dalam sebuah perusahaan. 3 fungsi tersebut adalah:
1. Sebagai catatan hasil kinerja investasi perusahaan
Seperti yang kita ketahui, bahwa laporan laba rugi komprehensif adalah dokumen yang memuat data keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari anak perusahaan atau hasil kerjasama perusahaan tersebut dengan entitas lain.
Secara langsung, dokumen ini dapat digunakan baik oleh pihak internal atau oleh pihak eksternal perusahaan untuk mengevaluasi kinerja investasi perusahaan tersebut.
2. Sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
Hasil evaluasi laporan ini dapat dijadikan pertimbangan untuk proses pengambilan keputusan setelahnya. Misalnya, apabila terlihat dari catatan ini investasi perusahaan untuk proyek A selama beberapa waktu terus merugi, perusahaan bisa menarik investasinya.
Bagi investor atau bank, data yang ditampilkan dalam laporan ini berguna untuk memperkirakan potensi keuntungan dan kerugian apabila mereka berinvestasi atau meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut.
Selain itu, investor juga bisa tahu berapa persentase laba operasi yang diberikan kepada investor dan berapa yang kembali ke perusahaan dan lain-lain.
3. Sebagai laporan yang mencerminkan risiko
Secara tidak langsung laporan laba rugi komprehensif (apalagi yang ditampilkan secara historikal) mencerminkan potensi kerugian yang bisa ditanggung oleh investor dan kreditur jika berinvestasi di perusahaan tersebut.
Tidak hanya bagi pihak eksternal, laporan ini juga memiliki peran yang sama untuk pihak internal. Manajemen perusahaan bisa melihat bahwasanya ada risiko besar atau kecil dalam suatu proyek yang mereka tangani dengan melihat laporan ini.
Contoh Laporan Keuangan Komprehensif
Gambar di atas adalah contoh laporan laba rugi komprehensif. Terlihat di gambar tersebut bahwasanya PT Adhi Karya pada tahun 2019 membukukan pendapatan sebesar 15 triliun rupiah.
Dari 15 triliun tersebut, hanya 665,048 miliar diantaranya yang merupakan laba tahun berjalan karena dikurangi biaya pajak, biaya operasional dan biaya komprehensif lainnya. Setelah ditambah penghasilan komprehensif berupa pengukuran kembali program imbal kerja pasti, perusahaan berhasil memperoleh laba sebesar 665,6 miliar rupiah.
Keterbatasan Laporan Laba Rugi Komprehensif
Pada dasarnya laporan ini sudah disusun sedemikian rupa untuk meminimalisir ketidakakuratan hasil. Namun demikian, bukan berarti laporan ini tidak memiliki keterbatasan.
Beberapa keterbatasan laporan laba rugi komprehensif antara lain:
1. Konsep PSAK yang secara tidak langsung mendorong ketidakakuratan
Proses pembukuan dan pelaporan keuangan di Indonesia mengikuti pedoman yang bernama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Terdapat konsep dalam proses penyusunan laporan laba rugi komprehensif menurut psak yang dinilai bisa meningkatkan ketidakakuratan dalam penghitungan. Contohnya, penggunaan data harga historis untuk memprediksi nilai pembelian bahan baku atau barang dagang.
Penggunaan data historis ini akan menjadi tidak akurat apabila ada masalah inflasi yang tinggi, kendala pengiriman yang memperbanyak biaya angkut dan lain sebagainya. Akan tetapi untungnya saat ini terdapat aplikasi dan software bisnis yang bisa membantu peningkatan akurasi data harga dan biaya angkut ini sehingga penyusunan laporan ini bisa lebih akurat.
2. Pencatatan akuntansi yang masih menggunakan asumsi
Dalam banyak kasus pencatatan akuntansi masih menggunakan asumsi karena keterbatasan data. Contohnya pencatatan depresiasi untuk mesin dan gedung.
Meskipun terdapat peraturan pemerintah yang mengatur tentang umur ekonomis dan penyusutan aset, namun tak jarang perusahaan menggunakan metode asumsi untuk memperkirakan nilai depresiasi dan amortisasi aset yang mereka miliki.
3. Laporan laba rugi harus melibatkan pertimbangan manajemen
Pernahkah Anda mendengar sebuah ungkapan bahwa sebuah perusahaan memiliki 3 laporan keuangan untuk 3 pihak yang berbeda? Satu laporan untuk pemerintah, satu untuk investor dan masyarakat dan satu untuk internal manajemen perusahaan itu sendiri.
Ungkapan ini secara langsung menunjukkan skeptisisme masyarakat terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh perusahaan. Sebabnya adalah pasti semua perusahaan ingin tampil baik di depan investor dengan memoles laporan keuangan mereka.
Padahal pemerintah sudah menerapkan sanksi yang tegas bagi perusahaan yang menipu investor dengan menampilkan laporan keuangan yang seolah baik.