Lompat ke konten

Perbedaan Profit dan Revenue

Perbedaan Profit dan Revenue

Keuangan adalah salah satu komponen utama dalam pengelolaan bisnis. Namun sayangnya, banyak istilah keuangan dalam Bahasa Inggris yang seringkali susah dipahami dan tertukar. Salah satunya adalah penggunaan kata profit dan revenue. 

Profit dan revenue adalah dua kata yang memiliki makna mirip, namun sejatinya berbeda. Ketahui apa perbedaan profit dan revenue dan apa maknanya dengan membaca artikel berikut ini. 

Pengertian Revenue

Menurut Merriam-Webster Dictionary, secara bahasa revenue bisa berarti sebagai sejumlah penghasilan yang diperoleh perusahaan dari sumber tertentu. Dalam Bahasa Inggris, revenue memiliki padanan kata, seperti earning dan income. 

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, pengertian revenue adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas sebuah entitas. Dalam Bahasa Indonesia, revenue atau pendapatan memiliki padanan kata, seperti penghasilan, royalti, imbalan dan lain sebagainya. 

Sumber pendapatan sebuah perusahaan secara umum bisa dibagi menjadi dua yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional adalah penghasilan perusahaan yang berasal dari kegiatan bisnis utama perusahaan tersebut, sementara pendapatan non operasional adalah penghasilan perusahaan yang berasal dari sumber lain. 

Contohnya apabila sebuah perusahaan bergerak di bidang produksi makanan dan minuman. Maka, sumber pendapatan operasional perusahaan tersebut diperoleh dari hasil penjualan makanan dan minuman tersebut. Adapun pendapatan non operasionalnya bisa diperoleh dari, pendapatan bunga (apabila perusahaan tersebut menabung di Bank), pendapatan sewa (jika ada aset perusahaan yang disewakan). 

Cara Menghitung Revenue

Rumus revenue adalah: TR= P *Q.

Di mana:

TR : Total revenue (pendapatan total).

P : Harga barang. 

Q : Jumlah barang yang terjual. 

Apabila perusahaan memiliki sumber pendapatan lain, maka rumusnya dapat berubah menjadi:

TR= (P *Q) + sumber pendapatan lain

Metode penghitungan ini tentu akan menjadi lebih rumit apabila perusahaan memproduksi lebih dari 1 produk dengan harga yang berbeda atau 1 produk saja tapi harganya berbeda tergantung lokasi, platform dan lain sebagainya. 

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya tidak ada variabel biaya dalam penghitungan revenue. Ini artinya, sebuah perusahaan dengan revenue yang besar belum tentu memiliki kinerja yang baik apabila biaya yang dikeluarkan juga besar pula. 

Pengertian Profit

Secara bahasa, profit dapat diartikan sebagai keuntungan. Secara istilah, profit adalah selisih antara total pendapatan (TR) yang diperoleh perusahaan dengan total biaya atau total cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. 

Dalam istilah akuntansi dan manajemen, profit juga dapat disebut sebagai bottom line, sementara revenue disebut sebagai top line. Istilah ini menggambarkan bahwa biasanya variabel revenue terdapat di bagian atas laporan laba rugi, sementara variabel profit terdapat di bagian bawah laporan tersebut. 

Cara Menghitung Profit

Rumus profit adalah: Profit = TR- TC.

Di mana:

TR : Total revenue.

TC : Total cost

Atau

Profit= (P * Q)- (Biaya produksi per unit*Q)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam penghitungan profit, faktor biaya sudah dimasukkan. Biaya ini terdiri dari biaya dari aktivitas operasi, seperti pembelian bahan baku, penyimpanan barang sampai gaji karyawan dan biaya dari aktivitas non operasi, seperti biaya pajak, biaya bunga dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, sebuah perusahaan yang memiliki revenue besar, tapi profitnya minim atau bahkan merugi, biasanya karena biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya (TR<TC), sehingga efisiensi operasional perusahaan tersebut harus ditingkatkan. 

Perbedaan Profit Dan Revenue

Dari pembahasan di atas, terlihat jelas bahwasanya perbedaan antara revenue dan profit terletak pada ada atau tidaknya variabel biaya dalam penghitungan. Revenue belum memperhitungkan faktor biaya, sementara profit sudah termasuk penghitungan biaya. 

Mari kita ambil contoh. Misalnya, PT. Sinergi Maju Jaya memproduksi minuman energi sebanyak 1.000 botol dalam 1 bulan. Masing-masing botol dijual dengan harga Rp4.500. Apabila harga pokok penjualan alias biaya produksi per unit adalah sebesar Rp3.750, maka berapakah pendapatan (revenue) dan keuntungan (profit) yang diperoleh oleh perusahaan tersebut?

Profit = TR- TC

Profit= (P * Q)- (HPP*Q)

Profit= (4.500*1.000) – (3.750*1.000)

Profit = (4.500.000)- (3.750.000)

Profit= Rp750.000.

Jawabannya adalah pendapatan perusahaan tersebut adalah sebesar Rp4.500.000, sementara keuntungannya sebesar Rp750.000.

Manakah Yang lebih Baik, Profit atau Revenue?

Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu meningkatkan pendapatan sambil menekan biaya. Ini artinya, perusahaan yang baik adalah perusahaan yang profitnya meningkat secara konsisten. Peningkatan profit dapat dihasilkan dari peningkatan revenue atau pengurangan biaya atau keduanya sekaligus.

Akan tetapi, sebuah bisnis pasti akan mengalami fase naik turun. Bahkan untuk ukuran perusahaan besar sekalipun. Oleh sebab itu, umumnya konsistensi ini diukur dengan menggunakan matriks keuangan tertentu dalam beberapa periode sekaligus. Beberapa matriks keuangan tersebut, seperti:

  1. Marginal revenue: Indikator ini mengukur seberapa besar tambahan pendapatan yang diperoleh perusahaan seiring dengan meningkatnya produksi perusahaan tersebut sebanyak 1 unit. 
  2. Marginal profit. Indikator ini mengukur seberapa besar tambahan laba yang diperoleh perusahaan seiring dengan meningkatnya produksi perusahaan tersebut sebanyak 1 unit. 
  3. Marginal cost. Indikator ini mengukur seberapa besar tambahan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan seiring dengan meningkatnya produksi perusahaan tersebut sebanyak 1 unit. Semakin kecil MC, maka semakin efisien pula proses produksi yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. 
  4. Average revenue. Rata-rata pendapatan atau average revenue diperoleh dari pembagian antara total pendapatan (TR) dengan jumlah produk yang terjual (Q). Karena total pendapatan bisa jadi tidak hanya berasal dari harga, maka umumnya AR>P. 
  5. Average cost. Rata-rata biaya (average cost) adalah hasil pembagian antara total cost dengan jumlah barang yang terjual. Dengan kata lain, AC juga bisa disebut dengan biaya produksi per unit. Dalam teori ekonomi, matriks ini biasanya dibagi lagi menjadi Average fixed cost (AFC) dan Average variable cost (AVC). 
  6. Gross profit ratio. Gross profit ratio adalah indikator yang mengukur perbandingan antara penjualan atau pendapatan perusahaan dengan laba kotor yang diperoleh perusahaan tersebut. Umumnya, nilai gross profit ratio yang berfluktuasi tajam dapat diartikan bahwa kesehatan keuangan perusahaan terkait harus dipertanyakan.
  7. Net profit ratio. Net profit ratio adalah indikator yang mengukur perbandingan antara penjualan atau pendapatan perusahaan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut. Semakin besar nilai NPR, maka semakin menguntungkan pula sebuah perusahaan. Karena hal ini berarti bahwa seiring dengan peningkatan pendapatan, profit perusahaan tersebut meningkat pula. 

Itu tadi pembahasan mengenai perbedaan antara revenue atau pendapatan dengan profit alias keuntungan. Dalam bisnis, kedua variabel ini sama-sama penting dan tetap harus dijaga stabilitasnya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *