Ketika ingin mengembangkan sebuah proyek, seorang pebisnis atau investor harus memperhitungkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi di proyek tersebut dan memperkirakan potensi keuntungannya. Tujuannya adalah untuk meminimalisir risiko menjalankan proyek yang salah.
Salah satu diantara sekian banyak indikator keuangan yang dapat digunakan untuk memperhitungkan hal ini adalah return on investment (ROI). Apa itu ROI dan mengapa indikator ini cocok untuk menilai keuntungan investasi? Simak selengkapnya berikut ini:
Pengertian Return On Investment (ROI)
Sederhananya, return on investment (ROI) adalah rasio perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dari sebuah instrumen investasi dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendanai investasi tersebut.
Nilai ROI bisa positif maupun negatif. Ketika nilai ROI positif, maka investasi di perusahaan atau proyek tersebut akan menguntungkan. Namun, apabila ada instrumen investasi lain yang nilai ROI nya positif dan lebih besar, maka investor bisa memilih instrumen tersebut.
Indikator keuangan ini dapat digunakan untuk memilih instrumen investasi manakah yang paling menguntungkan untuk seorang investor. Selain itu, indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk memilih proyek investasi.
Return on investment (ROI) merupakan indikator keuangan yang populer. Indikator ini dapat digunakan oleh investor yang ingin mencari proyek investasi menarik dan juga dapat digunakan oleh sebelum resmi berinvestasi pada sebuah proyek.
Pada dekade 1990-an para ahli mengembangkan apa yang disebut dengan sustainable return on investment (SROI) untuk mempertimbangkan investasi perusahaan di bidang-bidang yang ramah lingkungan.
Tujuan Menghitung Return On Investment (ROI)
ROI dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Berikut ini beberapa tujuan mengetahui indikator keuangan yang satu ini:
1. Memilih instrumen investasi terbaik
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwasanya salah satu tujuan utama menghitung ROI adalah untuk menentukan instrumen investasi terbaik berdasarkan proporsi keuntungannya terhadap biayanya. Misalnya, saham A dan saham B masing-masing memiliki nilai ROI 5% dan 7%, maka dapat disimpulkan bahwasanya saham B lebih baik dibandingkan dengan saham A.
2. Memilih proyek terbaik
ROI juga bisa digunakan oleh perusahaan untuk memilih proyek terbaik. Misalnya, perusahaan A ingin membangun pabrik di daerah C dan D. Baik untuk membangun pabrik C maupun pabrik D dibutuhkan biaya sekitar 1 miliar rupiah.
Bedanya adalah, potensi keuntungan per tahun yang bisa diperoleh jika membangun pabrik di daerah C adalah sebesar 200 juta rupiah, sementara di pabrik D adalah sebesar 100 juta rupiah. Dengan potensi keuntungan ini, maka potensi ROE untuk pabrik C adalah 20%, sementara pabrik D sebesar 10%. Ini artinya, membangun pabrik di daerah C secara garis besar lebih menguntungkan.
3. Mengevaluasi kinerja divisi sales dan marketing
ROI juga bisa dipakai untuk mengevaluasi kinerja tim sales dan marketing. Contohnya, perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp100.000.000 untuk berbagai program pemasaran, termasuk menggaji karyawan, iklan di sosial media dan membayar influencer selama 1 tahun. Jika dalam satu tahun tersebut pendapatan perusahaan naik lebih dari Rp100.000.000, maka bisa dikatakan kalau nilai return on investment perusahaan tersebut untuk pemasaran bernilai positif, begitupun sebaliknya.
4. Menawarkan produk kepada stakeholder
Perusahaan rintisan acap kali menggunakan indikator ini untuk meyakinkan investor supaya mau berinvestasi pada perusahaan atau proyek yang mereka kerjakan. Sementara perusahaan dengan konsep business to business (b2b) seperti agensi, menggunakan rasio keuangan ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk mereka dapat meningkatkan pendapatan konsumen tersebut di masa depan.
Cara Menghitung Return On Investment (ROI)
Rumus return on investment (ROI) cukup sederhana, yaitu:
ROI= (Pendapatan Investasi-Biaya Investasi) / Biaya Investasi x 100%
Contoh 1:
Anda memiliki 1 lot saham A. Ketika Anda membelinya satu tahun lalu, harganya sebesar Rp3.000 per lembar, sehingga untuk 1 lot Anda harus mengeluarkan biaya sebesar Rp300.000. Saat ini, harga saham tersebut naik menjadi Rp4.200 per lembar atau Rp420.000 per lot. Dengan demikian, nilai ROI saham tersebut adalah:
ROI= (421.000-300.000) / 300.000 x 100%
ROI= (120.000/300.000) x 100%
ROI=40%.
Contoh 2:
Seorang investor, bingung untuk memilih saham A, B dan C. Untuk memilih diantara ketiga saham tersebut, investor ini memperhitungkan harga per lembar masing-masing saham, rata-rata kenaikan harga dan rata-rata nilai dividen dalam 5 tahun terakhir. Rinciannya adalah sebagai berikut:
Nomor | Keterangan | Saham A | Saham B | Saham C |
A | B | C | D | |
1 | Harga per lembar | 1.200 | 1.150 | 1.250 |
2 | Harga per lot | 120.000 | 115.000 | 125.000 |
3 | Rata-rata kenaikan harga dalam 5 tahun | 15% | 14% | 16% |
4 | Potensi kenaikan harga dalam 1 tahun(nominal) | 18.000 | 16.100 | 20.000 |
5 | Rata-rata nilai dividen per lembar saham 5 tahun terakhir (rupiah) | 50 | 60 | 40 |
6 | Rata-rata nilai dividen per lot saham (rupiah) | 5.000 | 6.000 | 4.000 |
7 | Potensi pendapatan (A4+A6) | 23.000 | 22.100 | 24.000 |
8 | Nilai ROI (A7/A2)*100 | 19,17% | 19,22% | 19,20% |
Kesimpulannya adalah investor tersebut sebaiknya memilih saham B. Sebab meskipun dari segi kenaikan harga dalam 5 tahun terakhir saham B lebih susah naik, namun ia membayarkan total dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham A maupun C, sehingga nilai ROI-nya juga menjadi lebih tinggi.
Faktor yang Mempengaruhi Return On Investment (ROI)
Faktor yang bisa mempengaruhi return on investment (ROI) terbilang ada banyak, tergantung dengan jenis investasi yang Anda pilih. Berikut ini beberapa diantaranya:
1. Turnover
Turnover terdiri dari beberapa rasio yang menghitung tingkat perputaran sumber daya perusahaan. Inventory turnover misalnya, adalah rasio untuk menghitung tingkat perputaran barang dagang di sebuah perusahaan.
Faktor ini kemungkinan besar mempengaruhi nilai ROI jika Anda berniat untuk membangun pabrik baru atau gudang di lokasi-lokasi tertentu. Biasanya, semakin cepat perputaran tersebut terjadi, semakin banyak pula keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan.
2. Tingkat keuntungan
Besar kecilnya tingkat keuntungan tentu akan mempengaruhi nilai ROI. Pada contoh di atas, tingkat keuntungan yang dimaksud adalah capital gain dan dividen pada investasi saham. Jika Anda berniat untuk membangun pabrik atau gudang baru, maka variabel tingkat keuntungan ini bisa saja berupa total selisih harga jual barang dagang dan harga beli atau biaya produksinya. Semakin besar nilai keuntungan, semakin besar pula ROI pada investasi tersebut.
3. Inflasi
Peningkatan keuntungan, khususnya pada barang dagang, bisa jadi tidak disebabkan oleh meningkatnya permintaan pada barang tersebut, melainkan karena inflasi. Pada investasi di pasar modal, nilai inflasi juga bisa mendistorsi keuntungan investasi Anda. Oleh sebab itu, penting untuk mempertimbangkan faktor ini sebelum berinvestasi pada sebuah instrumen atau proyek.
4. Pajak dan biaya transaksi
Berbeda dengan inflasi yang mengurangi potensi keuntungan investasi secara tidak langsung, pajak mengurangi keuntungan investasi secara langsung. Dalam konteks jual beli saham di atas misalnya, Anda harus membayar pajak PPN sebesar 11% dari komisi broker dan pajak penjualan saham sebesar 0,1% (Online Pajak).
Nominal komisi broker sendiri bervariasi. Katakanlah broker investor pada contoh 2 di atas mengenakan biaya komisi sebesar 2% dari total transaksi. Maka nominal keuntungan yang diperoleh investor tersebut untuk setiap saham menjadi:
Nomor | Keterangan | Saham A | Saham B | Saham C |
A | B | C | D | |
1 | Harga per lot | 120.000 | 115.000 | 125.000 |
2 | Potensi kenaikan harga dalam 1 tahun(nominal) | 18.000 | 16.100 | 20.000 |
3 | Potensi harga jual | 138.000 | 131.100 | 145.000 |
4 | Komisi broker | 2.760 | 2.622 | 2.900 |
5 | Pajak PPN | 303,6 | 288,42 | 319 |
6 | Pajak penjualan saham (0,1%*potensi harga jual) | 138 | 131,1 | 145 |
7 | Potensi keuntungan dari capital gain | 134.798,4 | 128.058,48 | 141.636 |
8 | Rata-rata nilai dividen per lot saham (rupiah) | 5.000 | 6000 | 4.000 |
9 | Potensi pendapatan (A4+A6) | 139.798,4 | 134.058,48 | 145.636 |
10 | ROI ((A9-A1)/A1)*100 | 16,50% | 16,57% | 16,51% |
Dengan demikian, ROI investor tersebut turun dari 19% ke 16,5%-an karena pajak.
5. Waktu
Tingkat keuntungan investasi, khususnya investasi di pasar modal itu bersifat compounding atau berganda. Maka dari itu, tidak heran jika semakin lama Anda berinvestasi, maka semakin besar pula kemungkinan Anda untuk mendapatkan return yang lebih tinggi.
Kesimpulannya adalah return on investment adalah indikator keuangan yang banyak digunakan dalam berbagai aspek untuk memperkirakan potensi keuntungan investasi. Namun, karena banyak tujuan ini jugalah, indikator yang satu ini bisa dipengaruhi oleh banyak hal.