Lompat ke konten

Cara Menghitung Return On Asset (ROA) dan Contohnya

return on asset

Biasanya dalam memperhitungkan menguntungkan atau tidaknya perusahaan miliknya, pemilik sebuah bisnis hanya akan melihat perubahan tingkat keuntungan yang mereka dapatkan selama beberapa periode. Padahal, selain karena peningkatan penjualan, peningkatan laba selama beberapa tahun juga bisa disebabkan karena kenaikan harga. 

Oleh sebab itu, sebaiknya Anda sebagai pemilik bisnis tidak hanya menggunakan laba untuk menghitung peningkatan kualitas bisnis Anda, tetapi juga indikator keuangan lain. Salah satunya adalah return on asset (ROA). Apa itu ROA dan bagaimana indikator keuangan ini dapat digunakan untuk melihat efisiensi bisnis? Simak selengkapnya berikut ini:

Pengertian Return On Asset (ROA)

Return on asset (ROA) adalah rasio yang membandingkan antara laba dan aset yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin efisien kinerja perusahaan tersebut. Karena itu artinya dengan jumlah aset tertentu, perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar. 

Nilai ROA yang baik adalah sebesar 5%. Namun demikian, penting kiranya bagi Anda untuk membandingkan nilai ROA perusahaan Anda dengan perusahaan pesaing. Sebab, bisa jadi nilai ROA perusahaan Anda sebesar 5%, sementara perusahaan lainnya yang bergerak di bidang yang sama memiliki skor 6% atau 7%. Jika ini terjadi, maka artinya kinerja bisnis perusahaan Anda terbilang kurang efisien dibandingkan dengan pesaing. 

Tujuan Menghitung Return On Asset (ROA)

Terdapat beberapa tujuan menghitung return on asset sebuah perusahaan, yaitu:

  1. Mengukur tingkat efisiensi kinerja perusahaan tersebut. Sederhananya, semakin banyak jumlah laba yang bisa diperoleh sebuah bisnis dengan menggunakan sejumlah aset tertentu, maka semakin efisien pula kinerja bisnis tersebut.
  2. Menentukan positioning perusahaan di antara para pesaing. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwasanya tidak menutup kemungkinan nilai ROA sebuah perusahaan terlihat baik, namun apabila dibandingkan dengan pesaing masih kurang efisien. 
  3. Menjadi indikator ekspansi bisnis. Dengan memperkirakan nilai ROA yang bisa dihasilkan karena pembangunan sebuah proyek, perusahaan dapat menentukan apakah investasi dalam proyek tersebut akan menguntungkan atau tidak. 
  4. Menjadi pertimbangan investor dalam menentukan emiten. Tidak hanya perusahaan, investor ritel juga membutuhkan indikator ini sebagai bahan pertimbangan sebelum menentukan emiten yang akan menerima investasi dari mereka. 

Faktor yang Mempengaruhi Return On Asset (ROA)

Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi ROA ada dua, yaitu besaran laba dan total aset, sebab  keduanya merupakan komponen dalam rumus return on asset . Akan tetapi apabila dilihat lebih dalam, berikut ini beberapa faktor yang bisa mempengaruhi nilai indikator yang satu ini. 

1. Cash turnover

Uang kas adalah salah satu sumber daya utama yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya, mulai dari menggaji karyawan hingga membeli bahan baku. Oleh sebab itu, perusahaan harus menjaga perputaran dari uang hasil penjualan menjadi uang kas (cash turnover), supaya uang kas tersebut dapat segera digunakan untuk meningkatkan laba. 

2. Receivable turnover

Piutang (receivable) adalah aset paling lancar kedua setelah kas. Semakin cepat perusahaan dapat menagih utangnya kepada mitra, maka semakin banyak uang kas yang tersedia di perusahaan tersebut yang bisa digunakan untuk membiayai operasional dan mendapatkan laba. Dengan demikian, perusahaan juga harus menjaga nilai perputaran piutang (receivable turnover) ini dengan baik. 

3. Inventory turnover

Inventory turnover adalah rasio yang memperhitungkan seberapa cepat perusahaan dapat menjual dan mengganti barang dagangannya di gudang (inventory) dibandingkan biaya untuk menjual barang dagangan tersebut. Semakin cepat perusahaan dapat menjual barang dagangannya, maka semakin banyak pula laba yang bisa diperoleh perusahaan tersebut. Dengan demikian, kinerjanya juga jadi lebih efisien.

Cara Menghitung Return On Asset (ROA)

Rumus ROA adalah:

ROA = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Aset) X 100%

Jadi apabila nilai laba bersih setelah pajak perusahaan sebesar Rp500.000, sementara total asetnya sebesar Rp10.000.000, maka nilai ROA nya adalah sebesar 2%. Nilai ini diperoleh dari membagi angka Rp500.000 dengan Rp10.000.000. 

Lalu, dimana data laba bersih dan total aset tersebut diperoleh? Total aset dapat diperoleh di laporan posisi keuangan perusahaan, sementara laba bersih setelah pajak diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan. 

Kelebihan ROA

  • Dapat digunakan sebagai tolok ukur pembanding efisiensi kinerja perusahaan. Di perusahaan apapun, aset adalah sumber daya utama yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memperoleh penghasilan. Oleh sebab itu, efisiensi penggunaan sumber daya aset untuk mencetak laba dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. 
  • Dapat digunakan sebagai tolok ukur produktivitas sebuah produk. Perusahaan yang memproduksi banyak barang dan jasa sekaligus tentu ingin melihat kemampuan masing-masing produk untuk menghasilkan laba dibandingkan aset yang digunakan untuk memproduksinya. Dengan ROA serta product cost system yang tepat, perusahaan dapat melakukan hal ini. 
  • Sebagai bahan perencanaan perusahaan. Kemampuannya untuk menilai apakah investasi di sebuah proyek dan produk menguntungkan atau tidak dapat menjadikan ROA sebagai salah satu indikator yang diperhitungkan dalam proses perencanaan bisnis perusahaan. 

Kekurangan ROA

Menghitung ROA saja tidak cukup untuk menilai efisiensi kinerja sebuah perusahaan. Hal ini karena nilai Aset dalam ROA masih mengandung beberapa hal berikut:

  • Depresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai guna aset tetap dari waktu ke waktu. Semakin sering sebuah aset tetap digunakan, maka semakin turun harga atau nilai dari aset tetap tersebut. 
  • Inflasi.  Nilai aset sebuah perusahaan juga bisa naik karena adanya kenaikan harga aset tersebut (inflasi). Misalnya, harga gedung naik karena meningkatnya harga tanah dan bangunan di sekitar gedung tersebut atau nilai aset perusahaan berupa surat berharga naik (capital gain). Tentu kenaikan harga ini akan mengaburkan nilai efisiensi kinerja sebenarnya perusahaan tersebut. 
  • Kewajiban dan ekuitas. Dalam mekanisme akuntansi aktiva atau aset harus sama dengan pasiva. Pasiva adalah sumber permodalan yang digunakan untuk memutar bisnis perusahaan. Pasiva terdiri dari liabilitas dan ekuitas. Termasuk di antara liabilitas adalah utang perusahaan kepada bank atau instansi lain dan obligasi. Sederhananya, tentu nilai ROA perusahaan yang tinggi tidak akan jadi sehat apabila sebagian besar aset perusahaan tersebut dibiayai oleh utang, khususnya utang jangka pendek. 

Maka dari itu, untuk mengukur efisiensi kinerja perusahaan, Anda perlu menggunakan indikator keuangan lainnya juga, seperti rasio profitabilitas lain, debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR) dan masih banyak lainnya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *