Ketika menjalankan sebuah bisnis, tentu produk yang dijual ke pasaran tidaklah semuanya laku terjual. Ada kalanya justru produk-produk tersebut menumpuk dan bahkan tidak terjual sama sekali.
Kondisi penumpukkan ini dikenal dengan istilah dead stock dalam dunia bisnis. Sesuai dengan istilahnya, sederhananya dead stock berarti kondisi di mana persediaan barang terhambat perputaran penjualannya. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kondisi ini terjadi.
Apa saja penyebab tersebut? Apakah akan berdampak terhadap operasional bisnis? Bagaimana cara mengatasinya? Untuk menjawab seluruh pertanyaan tersebut, mari simak penjelasan pada artikel di bawah ini!
Apa Itu Dead Stock?
Dead stock adalah istilah yang dipakai untuk merujuk pada kondisi di mana produk bisnis tidak terjual dan tidak menghasilkan keuntungan dalam beberapa periode waktu tertentu. Dengan kata lain, produk tersebut hanya disimpan dalam gudang tanpa terjual.
Terjadinya kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan, seperti barang kurang baik (tidak lolos quality control), barang kedaluwarsa, kurangnya manajemen persediaan barang, dan masih banyak lagi. Kondisi dead stock ini tentunya akan mengakibatkan kerugian finansial yang cukup berpengaruh terhadap operasional perusahaan.
Salah satu penyebab umum yang menyebabkan banyak pengusaha mengalami dead stock adalah kesalahan dalam analisis pergerakan barang. Ada 2 jenis pergerakan barang di gudang, yaitu fast moving dan slow moving.
Fast moving berarti barang tersebut laku terjual di pasaran selama beberapa periode waktu tertentu. Sementara itu, slow moving menandakan bahwa produk bisnis masih memiliki permintaan pasar dalam jumlah kecil dan berpotensi untuk terjual walau sedikit.
Dead stock bisa terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap produk ketika sudah memasuki tahap slow living. Pada akhirnya, produk bisnis justru tidak terjual sama sekali dan tidak ada permintaan pasar.
Penyebab Dead Stock Produk
Seperti yang sudah sempat disinggung sebelumnya bahwa ada beberapa penyebab terjadinya dead stock produk, antara lain:
1. Perubahan Permintaan Pasar
Penyebab umum dan hampir dirasakan oleh sebagian besar pengusaha adalah adanya perubahan permintaan pasar. Permintaan ini berkaitan dengan perubahan selera konsumen, perubahan tren, kebutuhan pasar, dan masih banyak lagi yang menyebabkan produk tidak laku terjual.
Jika perusahaan tidak menanggapinya dengan cepat, tentu produk bisnis yang sudah disimpan berpotensi mengalami dead stock.
2. Kelebihan Pembelian atau Produksi Barang
Ketika baru menjalankan bisnis, pastinya Anda memiliki harapan jumlah produk yang terjual akan banyak. Namun, akibat kurangnya analisis pasar dan manajemen risiko, alhasil pembelian atau produksi barang pun dilakukan dalam jumlah besar.
Pada dasarnya, tidak ada yang salah mengenai pembelian atau produksi besar-besaran ini. Akan tetapi, jika mengingat kondisi pasar yang mudah berubah, akan sangat berisiko bagi perusahaan untuk mengalami dead stock.
3. Barang Kedaluwarsa
Bagi Anda yang bergerak di bidang bisnis makanan dan minuman, potensi produk mengalami dead stock sangatlah tinggi akibat adanya masa kedaluwarsa. Tidak hanya bidang tersebut saja, bisnis lainnya yang berkaitan dengan konsumsi tinggi risikonya untuk mengalami kondisi tersebut.
Itulah mengapa Anda perlu menentukan strategi pemasaran yang tepat agar pergerakan barang pun bisa fast moving.
4. Kontrol Barang Tidak Optimal
Barang yang dibeli atau diproduksi tidaklah seluruhnya sempurna. Cacat produksi kerap kali dihadapi oleh para pebisnis yang mengakibatkan banyak produk menumpuk digudang.
Cacat produksi ini tentunya berkaitan dengan masalah kualitas yang akan dirasakan oleh konsumen. Terlebih jika produk yang Anda jual sulit untuk diperbaiki atau didaur ulang, seperti pakaian, peralatan teknologi, dan sebagainya.
5. Pemasaran Produk Tidak Efektif
Penyebab dead stock yang terakhir berkaitan dengan pemasaran produk yang tidak efektif. Strategi pemasaran yang tidak tepat dan tidak adanya manajemen risiko mengakibatkan kondisi barang tidak terjual lebih tinggi terjadi.
Dampak Dead Stock Produk bagi Kelangsungan Bisnis
Dari beberapa penyebab di atas, dead stock berikan dampak yang cukup signifikan bagi kelangsungan bisnis. Adapun beberapa dampak tersebut, antara lain:
1. Penurunan Pendapatan hingga Kerugian Finansial
Dampak utama yang akan dirasakan pebisnis adalah kerugian dari sisi finansial. Barang yang tidak terjual tentunya tidak akan menghasilkan pendapatan.
Bahkan, risiko lebih tingginya adalah investasi modal bisa berkurang terlebih jika perusahaan Anda mengandalkan biaya dari investor. Hal ini bisa terjadi karena dilihat progress penjualan tidak menunjukkan harapan.
Dead stock mewakili investasi modal yang terikat dalam barang atau produk yang tidak terjual. Perusahaan akan kehilangan uang yang diinvestasikan dalam pembelian atau produksi barang tersebut, serta biaya penyimpanan yang terkait.
2. Kehilangan Kesempatan untuk Inovasi
Penuhnya gudang dengan barang yang tidak terjual mengakibatkan Anda menjadi kesulitan untuk membuat inovasi baru. Pasalnya, Anda belum menemukan solusi terhadap barang yang tidak terjual sehingga akan sangat sulit untuk mencari cara lebih produktif.
Terlebih lagi jika produk yang mengalami dead stock sulit dikembalikan ke pemasok, mudah kedaluwarsa, atau mudah rusak. Selain itu, kurangnya pendapatan pun menyulitkan Anda untuk membuat inovasi baru akibat tidak adanya modal tambahan.
3. Biaya Pemeliharaan Lebih Besar
Barang yang tidak terjual tentunya tetap mengeluarkan biaya pemeliharaan. Biaya ini mencakup sewa gudang jika menggunakannya, listrik, tenaga kerja, hingga asuransi. Semakin banyak barang yang mengalami dead stock, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.
Kondisi ini dikenal dengan pengeluaran biaya holding. Biaya ini harus ditanggung oleh pebisnis dalam rangka mempertahankan produk yang disimpan.
Cara Mengatasi Dead Stock
Walaupun dead stock memberikan dampak cukup siginfikan seperti yang dijelaskan di atas, Anda tetap bisa mengatasinya dengan beberapa cara di bawah ini:
1. Tawarkan Diskon atau Promo Menarik Lainnya
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengobral barang melalui pemberian diskon atau promo menarik lainnya. Biasanya, pengusaha menyebutnya dengan istilah cuci gudang.
Walaupun tidak memberikan keuntungan maksimal, barang yang tidak terjual akibat alasan tertentu bisa dikurangi. Anda bisa menjualnya dengan memberikan harga yang sama rata untuk produk tertentu, misal dijual mulai dari 10 ribuan, 15 ribuan, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain itu, Anda juga dapat menawarkan produk bundle atau buy1get1 untuk menarik perhatian pembeli. Anda dapat memberi persyaratan dengan membeli 1 produk akan mendapat produk dari deadstock yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Ubah Fungsi Produk
Konsumen akan senang dengan produk tambahan atau gratis. Nah, Anda bisa mengubah fungsi produk tersebut menjadi produk gratis jika konsumen sudah membeli produk lainnya.
Dengan cara ini, konsumen bisa mencoba produk yang sebelumnya tidak mereka ketahui atau butuhkan. Ketika nantinya mereka suka atau cocok dengan produk tersebut, kemungkinan besar permintaan pun bisa meningkat.
3. Masifkan Penjualan produk
Terakhir, Anda bisa memasifkan penjualan produk yang tidak terjual melalui berbagai cara. Anda bisa menjalin kerja sama dengan mitra bisnis lainnya, menjual di ecommerce, memanfaatkan sosial media, dan masih banyak lagi.
Itulah seputar dead stock mulai dari pengertian, penyebab, dampak, dan cara mengatasinya. Penting bagi perusahaan untuk memahami kondisi barang yang tidak terjual ini guna meminimalisasi kerugian di masa mendatang.