Lompat ke konten

Depresiasi: Definisi, Faktor dan Cara Menghitungnya

Cara menghitung depresiasi

Pernahkah Anda berpikir mengapa harga jual barang bekas lebih rendah daripada harga jual barang tersebut saat masih baru? Padahal bisa jadi barang tersebut baru dibeli sehari atau satu bulan yang lalu dan dijual kembali hanya karena salah beli. 

Misalnya, Anda membeli handphone seharga 2 juta rupiah pada bulan Januari 2022 dan menjualnya karena salah beli di bulan Februari 2022. Pasti harga handphone tersebut turun entah menjadi 1,9 juta atau 1,8 juta. 

Contoh di atas adalah salah satu contoh sederhana penyusutan atau depresiasi. Pahami apa itu depresiasi dan bagaimana cara menghitung depresiasi aset dengan membaca artikel berikut ini.

Apa yang Dimaksud Depresiasi Aset?

Depresiasi aset adalah biaya yang timbul karena penurunan kualitas dan manfaat suatu aset tetap. Dalam contoh di atas, harga handphone bisa turun karena selama 1 bulan handphone tersebut sudah pernah dipakai sehingga ada asumsi kalau kualitasnya menurun. 

Contoh mudah lainnya ketika Anda menjual motor bekas. Saat dijual, harga motor bekas tersebut pasti lebih rendah dari harga motor baru. Alasannya, motor tersebut telah mengalami penyusutan manfaat dan kualitas entah itu karena modelnya yang sudah ketinggalan zaman, mesinnya ada yang rusak atau ada goresan di bagian fisik motor dan lain-lain.

Dalam akuntansi, depresiasi aset ini sangat penting karena dianggap sebagai biaya yang bisa mempengaruhi jumlah laba. Uang dari hasil biaya depresiasi ini kemudian bisa disimpan untuk membeli aset baru. 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi Aset

Terdapat setidaknya 3 hal yang mempengaruhi depresiasi suatu aset. 3 hal tersebut adalah:

1. Harga perolehan

Harga perolehan adalah jumlah uang yang perlu Anda keluarkan untuk bisa memanfaatkan aset tersebut. Contohnya, jika Anda membeli motor seharga 27.000.000 dan biaya kirim dari dealer ke rumah Anda sebesar 200.000, maka nilai perolehan aset berupa motor tersebut sebesar 27.200.000. 

2. Umur ekonomis

Umur ekonomis adalah perkiraan waktu sampai kapan Anda bisa memanfaatkan aset tersebut. Contohnya, sebelum Anda membeli sepeda motor, Anda memperkirakan kalau Anda bisa memakai motor tersebut selama 12 tahun. Maka, umur ekonomis atau masa manfaat motor tersebut adalah selama 12 tahun. 

Perkiraan umur ekonomis atau masa manfaat suatu aset pasti berbeda beda tergantung dengan jenis aset tersebut dan kemampuan si pemilik aset dalam merawatnya. Semakin buruk kemampuan pemilik aset dalam merawat asetnya, maka semakin cepat pula aset tersebut tidak bisa digunakan lagi. 

Jadi kalau Anda tidak merawat motor Anda dengan baik, motor yang Anda perkirakan bisa awet selama 12 tahun tersebut bisa jadi justru hanya bisa awet selama 5 atau 6 tahun saja. 

3. Nilai residu

Nilai residu adalah perkiraan nilai aset jika aset tersebut sudah tidak digunakan kembali. Sederhananya, nilai residu mirip dengan harga jual barang bekas Anda. Contoh, jika dalam 6 tahun motor yang Anda beli hanya terjual 10 juta rupiah, maka 10 juta rupiah tersebutlah nilai residu dari aset Anda. 

Bagaimana Cara Menghitung Depresiasi Aset?

Setidaknya ada 2 metode yang umum dipakai untuk menghitung depresiasi aset. 2 metode tersebut adalah:

1. Metode garis lurus

Metode garis lurus adalah cara menghitung depresiasi aset hanya dengan membagi harga perolehan aset tersebut dengan tahun pemakaian.

Rumus depresiasi adalah:

Depresiasi = (harga perolehan-nilai residu) : lama pemakaian (dalam tahun)

Contoh:

Harga perolehan motor di atas sebesar 27.200.000 sementara nilai residu motor tersebut sebesar 10.000.000 dan Anda hanya menggunakan motor tersebut selama 6 tahun. Maka, nilai depresiasi motor itu adalah sebesar:

Depresiasi = (27.200.000- 10.000.000) : 6

= 17.200.000 : 6

=2.866.000

Ini artinya, Anda mengasumsikan bahwa kualitas motor tersebut turun sebanyak 2.866.000 setiap tahunnya.

Oleh banyak akuntan, metode ini dibilang kurang akurat mengingat pastinya kualitas suatu aset akan semakin menurun jika semakin lama digunakan. Artinya, nilai depresiasi tahun kedua pasti lebih kecil daripada tahun pertama begitupun seterusnya. Oleh sebab itu, terdapat beberapa metode lain yang juga jamak digunakan.

2. Metode biaya penyusutan menurun

Dalam metode ini, penyusutan dihitung atas dasar asumsi bahwa nilai beban penyusutan (depresiasi) suatu aset pada tahun kedua lebih rendah dibandingkan tahun pertama, tahun ketiga lebih rendah dibandingkan tahun kedua begitupun seterusnya. 

Terdapat dua cara menghitung depresiasi aset menggunakan metode ini. Cara yang pertama adalah Anda menentukan kira-kira prosentase penyusutan terlebih dahulu sebelum menghitung beban penyusutan sementara cara yang kedua adalah menjadikan sisa masa manfaat (ekonomis) sebagai pembagi. 

Dengan masih menggunakan contoh soal depresiasi aset motor di atas, berikut ini penghitungan depresiasi aset dengan metode biaya penyusutan menurun:

1. Prosentase penyusutan diperkirakan terlebih dahulu

TahunHarga perolehanNilai aset pada awal tahun bukuPersentase depresiasiBeban depresiasiAkumulasi depresiasiNilai aset pada awal tahun buku
127.200.00027.200.00020%5.440.0005.440.00021.760.000
227.200.00021.760.00020%4.352.0009.792.00017.408.000
327.200.00017.408.00020%3.481.60013.273.60013.926.400
427.200.00013.926.40020%2.785.28016.058.88011.141.120
527.200.00011.141.12020%2.228.22418.287.1048.912.896
627.200.0008.912.89620%1.782.579,220.069.683,27.130.317

Dalam tabel di atas, diasumsikan bahwa besaran persentase depresiasi setiap tahunnya adalah 20% sehingga pada tahun keenam ditemukan bahwa nilai aset atau motor tersebut tinggal sebesar 7.130.317 rupiah. 

3. Menggunakan tahun

Dalam metode ini, jumlah tahun dijadikan sebagai penyebut sementara pembilangnya adalah sisa masa manfaat. Jadi, jika masa manfaat suatu aset diperkirakan selama 6 tahun, maka yang menjadi penyebut adalah 21 (didapat dari 1+2+3+4+5+6). Contoh:

TahunHarga perolehanNilai aset pada awal tahun bukuPecahan penyusutanBeban depresiasiAkumulasi depresiasiNilai aset pada akhir tahun buku
127.200.00027.200.0000,267.196.666,6677.196.666,66720.003.333
227.200.00020.003.3330,224.459.076,38911.655.743,0615.544.257
327.200.00015.544.2570,182.817.396,57114.473.139,6312.726.860
427.200.00012.726.8600,141.776.457,59416.249.597,2210.950.403
527.200.00010.950.4030,101.072.226,93917.321.824,169.878.176
627.200.0009.878.1760,06555.647,39117.877.471,559.322528

Nah, itu tadi cara menghitung nilai depresiasi aset. Apabila ada aset perusahaan yang tidak bisa dihitung dengan metode di atas, biasanya perusahaan akan menggunakan metode penghitungan khusus.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *