Lompat ke konten

Kerja Cerdas VS Kerja Keras, Mana yang Lebih Baik?

kerja Keras vs kerja cerdas

Tentunya Anda pernah mendengar istilah kerja keras dan kerja cerdas dalam dunia kerja entah itu satu atau dua kali. Meskipun bertujuan sama, yaitu mencapai tingkat produktivitas atau key performance indicator (KPI) yang diinginkan, namun keduanya merupakan hal yang berbeda. Berikut ini pembahasannya:

Apa itu Kerja Keras?

Hard work atau kerja keras adalah metode kerja yang menekankan penggunaan tenaga dan aktivitas fisik untuk mencapai target kinerja. Biasanya, metode kerja yang satu ini membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan target kinerja yang diinginkan. 

Misalnya, Anda dan teman-teman Anda diminta untuk membersihkan halaman asrama yang luas. Apabila Anda menggunakan sapu dan pengki biasa dengan tanpa menggunakan teknologi lainnya, maka usaha Anda disebut dengan kerja keras. Meskipun halaman tersebut niscaya akan bersih juga, namun proses pembersihan halaman ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. 

Selama proses ini, Anda akan dituntut untuk tetap fokus selama bekerja. Maka dari itu, tidak heran jika kerja keras membutuhkan tenaga fisik yang cukup dan motivasi yang kuat. 

Apa itu Kerja Cerdas?

Smart work atau kerja cerdas adalah metode kerja yang menekankan pada penggunaan ide, pikiran dan mental serta teknologi untuk mencapai target kinerja dan umumnya membutuhkan perencanaan yang matang. Karena memanfaatkan teknologi, maka tidak heran jika umumnya metode ini membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan kerja keras saja.

Pada kasus membersihkan halaman asrama di atas misalnya, Anda menggunakan gerobak sorong roda 1 yang biasanya digunakan untuk mengangkut semen menjadi gerobak pengangkut sampah sementara. Dengan cara ini, sampah yang ada di pengki bisa dimasukkan ke dalam gerobak terlebih dahulu sebelum akhirnya dibuang dalam volume yang lebih besar. Dengan demikian, orang yang menyapu halaman tersebut tidak perlu capek mondar-mandir membuang sampah dan tugas dapat selesai dengan lebih cepat. 

Selama proses kerja cerdas ini, Anda tidak hanya dituntut untuk fokus, tetapi juga dituntut untuk mampu berpikir out of the box dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik. 

Perbedaan Kerja Cerdas dan Kerja Keras

1. Metode kerja

Seperti yang telah disebutkan di atas, kalau metode kerja hard work cenderung menekankan pada penggunaan tenaga fisik dan waktu, sementara smart work cenderung lebih resourceful dengan memanfaatkan ide dan pikiran serta teknologi. Akibat dari hal ini adalah, orang yang memiliki metode smart work cenderung dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efektif dan efisien dalam waktu yang cepat. 

2. Fokus target kerja

Beberapa sumber juga menyebutkan kalau fokus target pekerja keras dan pekerja cerdas itu juga berbeda. Orang yang bekerja dengan keras umumnya berfokus pada kuantitas hasil kinerjanya, sementara orang dengan metode pekerja cerdas justru fokus pada kualitas hasilnya. 

Misalnya seorang penulis novel. Ada penulis novel pekerja keras yang menghasilkan karya biasa saja tapi 1 tahun 2 kali. Namun ada juga penulis novel yang membuat novel dengan riset sehingga dalam 1 tahun hanya bisa memproduksi 1 novel saja, tapi dengan kualitas yang bagus. 

3. Pengetahuan tentang dirinya sendiri

Baik pekerja keras maupun pekerja cerdas adalah orang yang gigih dalam menjalankan tugasnya. Hanya saja bedanya adalah, seorang smart worker sudah mengetahui kelebihan dan kekurangannya sendiri dan mengetahui jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas, sehingga mereka bisa mengatur waktu yang tepat untuk menyelesaikan tugas tersebut. 

4. Jadwal kerja

Karena sudah mengetahui kapabilitasnya sendiri dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah tugas, maka orang dengan metode kerja cerdas cenderung bisa menghemat waktu. Di sisi lain, orang dengan metode kerja keras tidak sungkan untuk menambah jam kerjanya. 

5. Prioritas kerja

Alih-alih langsung kerjakan dengan tanpa berpikir terlebih dahulu, orang dengan metode kerja cerdas cenderung akan melakukan analisis terlebih dahulu untuk memilih tugas mana yang akan mereka prioritaskan. Di sisi lain, orang kerja keras akan langsung mengerjakan tugas tersebut sampai selesai meskipun harus membutuhkan waktu tambahan. 

6. Cara menghadapi hambatan

Karena langsung bekerja dengan tanpa berpikir terlebih dahulu, orang dengan metode kerja keras tidak suka jika ada hambatan atau perubahan mendadak dalam tugasnya. Di sisi lain, orang dengan kerja cerdas cenderung akan mempertimbangkan hambatan dan perubahan tersebut terlebih dahulu dan membuat solusi yang sesuai. 

7. Pemanfaatan teknologi

Seperti yang disebutkan di atas kalau seorang smart worker biasanya memiliki banyak akal (resourceful) karena mampu memanfaatkan sumber daya di sekitarnya dengan baik, termasuk teknologi. Ini artinya, orang dengan metode kerja ini cenderung up to date teknologi terbaru dan memanfaatkannya untuk meningkatkan performa kinerja. Hal yang sebaliknya terjadi pada hard worker yang cenderung kurang update teknologi terbaru dan memanfaatkannya.

Mana yang Lebih Baik?

Seringkali, kerja cerdas dan kerja keras tidak bisa dipilih satu sama lain. Bisa jadi, sebuah perusahaan atau produsen menggunakan mekanisme kerja keras terlebih dahulu sebelum menggunakan sistem kerja cerdas dengan memanfaatkan teknologi. 

Misalnya dulu, untuk memproduksi dan menjual kue, seorang pengusaha kue hanya bisa menggunakan peralatan tradisional, sehingga 1 hari hanya bisa memproduksi 50 kue. Setelah beberapa tahun berproduksi, akhirnya produsen kue tersebut bisa membeli peralatan yang lebih canggih, seperti mixer dan microwave serta membuka pesanan via WhatsApp. Akibatnya, dalam 1 hari dia bisa memproduksi dan menjual 100 potong kue. Sebaliknya, ada kalanya juga seorang smart worker dituntut untuk bekerja lebih keras karena satu dan lain hal. Misalnya, seorang penulis novel berkualitas di atas bisa jadi diminta untuk melakukan editing berulang kali oleh editornya, sehingga dia harus memperpanjang jam kerjanya dan mengurangi work life balance-nya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *