Suatu hari di bulan Desember, produsen batu marmer dari Tulungagung menerima dua pesanan. Satu pesanan dalam jumlah kecil untuk seorang mitra luar negerinya yang berasal dari Australia, dan satu paket pesanan dalam jumlah besar untuk supply hotel-hotel di Yogyakarta. Secara tidak langsung, produsen batu marmer tersebut melakukan bisnis skala internasional dan domestik. Apa perbedaannya, simak ulasannya berikut ini:
Pengertian Bisnis Internasional
Menurut rugman dan hodgetts, bisnis internasional adalah pembelajaran mengenai transaksi yang melintasi batas negara untuk keuntungan individu maupun organisasi-organisasi tertentu (Rugman dan Hodgetts, 1995).
Kegiatan bisnis internasional ini bisa terjadi karena setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam ekonomi, kelebihan dan kekurangan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber daya modal (baik itu berupa alam, teknologi maupun uang), dan sumber daya manusia (human capital). Kalaupun dua negara memiliki sumber daya yang sama, bisnis internasional bisa terjadi karena masing-masing negara memiliki keunggulan kompetitif yang berbeda.
Misalnya, Singapura dan Hongkong adalah dua negara yang memiliki sumber daya modal yang bagus, tapi memiliki jumlah sumber daya manusia yang minim. Kedua negara tersebut bisa saja menggunakan jasa ART dari warga domestik. Namun mereka memilih menggunakan jasa ART dari Indonesia karena biayanya lebih murah. Disinilah, Indonesia memiliki keuntungan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan Singapura dan Hongkong.
Contoh di atas adalah contoh bagaimana bisnis internasional tidak semata-mata mengenai produk manufaktur (pabrik). Selain manufaktur dan produk jasa, bisnis internasional juga bisa meliputi pariwisata, perbankan, dan lain sebagainya.
Pengertian Bisnis Domestik
Kebalikan dari bisnis internasional adalah bisnis domestik. Bisnis domestik adalah bisnis yang hanya melibatkan penjual dan pembeli yang berasal dari satu negara saja. Dalam pembukaan artikel, contoh bisnis domestik adalah ketika produsen marmer di atas menjual produknya kepada hotel-hotel di Yogyakarta.
Sama seperti bisnis internasional, bisnis domestik juga bisa terjadi karena adanya perbedaan kelebihan dan kekurangan antar wilayah di sebuah negara. Pada kasus marmer di atas misalnya. Tulungagung adalah salah satu pusat produksi marmer terbesar di Indonesia, namun dari segi kebutuhan untuk konsumsi kurang. Di sisi lain, di Yogyakarta terdapat puluhan hotel dengan berbagai konsep yang membutuhkan marmer sebagai bahan bangunan. Karena perbedaan kelebihan dan kekurangan ini, maka tidak heran jika banyak produk marmer dari Tulungagung yang bisa dibeli di Yogyakarta.
Perbedaan Bisnis Internasional dan Bisnis Domestik
Meskipun penyebab yang membuat terjadinya perdagangan domestik dan internasional sama, namun tantangan yang dihadapi oleh pelaku bisnis internasional relatif lebih besar. Berikut ini perbedaan bisnis internasional dan domestik:
1. Jangkauan bisnis internasional lebih luas.
Hal ini karena perdagangan internasional melibatkan dua negara atau lebih terlepas dari jarak antara produsen dan konsumen. Perdagangan antara warga NTT dengan Timor Leste tetap disebut sebagai perdagangan internasional karena melibatkan dua negara, meskipun jarak keduanya berdekatan.
2. Adanya perbedaan hukum yang berlaku.
Perbedaan hukum ini menuntut produsen yang ingin berekspansi ke negara lain menyesuaikan produk dan strategi pemasarannya sesuai dengan hukum yang berlaku di negara sasaran. Contohnya perdagangan ganja yang legal untuk tujuan medis di Thailand, namun di Indonesia, perdagangan narkotika jenis ini tetap dilarang bahkan untuk tujuan medis sekalipun (BNN Yogyakarta).
3. Perbedaan bahasa, kultur dan selera masyarakat.
Perbedaan kultur dan selera masyarakat ini membuat produsen suatu barang dan jasa harus menyesuaikan produknya supaya laku di negara target. Misalnya, produsen minuman beralkohol asal Korea Selatan, seperti Soju atau Makgeolli yang ingin berekspansi ke Indonesia harus rela produknya hanya bisa dijual di tempat-tempat tertentu pada jam-jam tertentu saja.
Sebab sejak tahun 2015, pemerintah RI telah melarang penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket (Hukum Online). Adapun untuk bahasa, umumnya perdagangan internasional menggunakan Bahasa Inggris meskipun tidak jarang juga produsen dituntut untuk menguasai bahasa negara target, seperti Bahasa Jepang, Mandarin, atau Kanton.
4. Biaya angkut dan pajak.
Perdagangan domestik umumnya tidak dikenai dengan biaya pajak dan besar kecilnya biaya distribusi eksplisit hanya tergantung pada biaya angkut saja. Hal ini berbeda dengan perdagangan internasional. Setiap perdagangan dari atau ke luar Indonesia akan dikenai bea cukai dan terkena kebijakan kuota.
Untuk mempromosikan perdagangan internasional di Indonesia, beberapa kali pemerintah Indonesia meringankan kewajiban pembayaran bea cukai ini bagi kegiatan ekspor impor yang melalui Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK).
5. Perbedaan mata uang.
Tantangan lain yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis internasional adalah perbedaan mata uang. Untuk mengatasi hal ini, umumnya perdagangan internasional menggunakan dolar. Namun tidak menutup kemungkinan juga transaksi menggunakan mata uang besar (major currency) di dunia lainnya, seperti Yen, Renmibi, atau Euro.
Selain menggunakan kebijakan keringanan bea cukai dan kuota, pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara anggota ASEAN lainnya juga membentuk ASEAN Economic Community (AEC). Salah satu tujuan AEC adalah memudahkan perdagangan internasional antar negara anggota. Dengan cara membuat zona perdagangan bebas (free trade zone) dan bahkan organisasi ini berencana untuk membuat satu mata uang bersama seperti halnya Euro di negara-negara Uni Eropa untuk mengatasi perbedaan mata uang antar negara.
Contoh Bisnis Internasional
Contoh bisnis internasional yang paling mudah ditemui di Indonesia adalah pemberangkatan calon jamaah haji dan umroh dari Indonesia ke Saudi Arabia. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah jamaah haji terbesar di dunia.
Pemberangkatan jamaah haji dan umroh ini tidak hanya melibatkan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan Kementerian Agama saja, tetapi juga Kementerian Luar Negeri untuk masalah visa dan paspor, serta bisnis-bisnis lain yang ada di Mekkah seperti, maskapai penerbangan dan hotel.
Penyelenggara KBIH di dalam negeri mau tidak mau harus menyesuaikan peraturan-peraturan pemerintah Arab Saudi terkait haji ini. Contohnya saat pandemi lalu, Saudi Arabia terpaksa meniadakan haji dan umroh karena tingginya tingkat penularan covid19. Akibatnya, antrian keberangkatan haji dari Indonesia pun harus tertunda selama beberapa waktu.
Contoh Bisnis Domestik
Selain batu marmer, contoh hasil produksi kabupaten Tulungagung yang dijual ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya Jabodetabek adalah bawang merah. Meskipun tidak memproduksi sendiri, supply bawang merah di daerah Jabodetabek harus terus ada setiap minggunya. Karena walau bagaimanapun, bawang merah adalah salah satu bahan utama kuliner Indonesia.
Walaupun tidak harus menghadapi perbedaan mata uang atau perundangan, distribusi produk pertanian dan perkebunan antar wilayah di Indonesia harus menghadapi tantangan lain, seperti ketahanan produk, keterjangkauan wilayah (khususnya distribusi antar pulau), dan selera masyarakat.
Dalam contoh di atas, bawang merah maupun produk pertanian dan sayuran lainnya tidak bisa tahan lama, sehingga dibutuhkan infrastruktur yang mempermudah distribusi barang lintas daerah, seperti jalan tol. Dengan demikian, bawang merah yang diambil dari dari ujung selatan Jawa Timur dapat sampai dengan cepat di daerah ujung utara Jawa Barat dan Jakarta.