Lompat ke konten

Dari Rugi Menjadi Untung : Belajar Leadership dari Ignasius Jonan

Belajar Leadership dari Ignasius Jonan

Nama Ignasius Jonan mungkin masih terdengar asing ditelinga masyarakat awam, namun tentu tidak asing ditelinga penggemar transportasi kereta api. Beliau adalah sosok yang mampu mengubah citra perkeretaapian di Indonesia dari transportasi kumuh menjadi salah satu transportasi publik terbaik saat ini. 

Mulai masuk ke PT KAI pada tahun 2009, pria kelahiran 21 Juni 1963 ini berhasil mengubah PT KAI yang awalnya rugi sebesar 154,8 miliar rupiah pada tahun 2008 menjadi untung 83 miliar rupiah pada tahun 2009 (CNBC). Kira-kira apa ya resepnya? Berikut ini beberapa tips keberhasilan Jonan dalam merombak KAI sebagaimana disarikan dari wawancaranya bersama presenter kondang, Helmy Yahya:

1. Customer Oriented

Ketika pertama kali diminta untuk menjadi Direktur PT. KAI oleh Menteri BUMN saat itu, Jonan bukanlah orang yang mengerti teknis perkeretaapian. Namun bagi beliau, salah satu hal terpenting dalam membangun sebuah bisnis adalah masukan dari pelanggan (customer), sehingga beliau memberikan pendapat perbaikan kepada PT KAI dari kacamata seorang pelanggan terlebih dahulu. 

Salah satu contohnya adalah pendapat beliau mengenai mengapa banyak orang yang naik ke atas gerbong kereta. Menurut beliau selain karena tidak mau membayar, orang-orang naik ke atas gerbong kereta karena di dalam gerbong terasa sangat panas. 

Maka dari itu, tidak heran jika pada masa beliau inilah seluruh gerbong kereta api di Indonesia memiliki air conditioner (AC) dan sistem boarding sebagaimana di pesawat dilakukan. Sekali tepuk dua nyamuk tumbang, dengan cara ini beliau tidak hanya membuat gerbong menjadi lebih nyaman, tetapi juga membuat penumpang kendaraan ini membayar serta meniadakan penumpang gelap yang naik ke atas gerbong kereta. 

2. Berawal Dari Hal yang Paling Dasar

Perubahan pada tubuh PT. KAI tidak berlangsung serentak, melainkan bertahap. Program pertama yang dilakukan oleh Jonan selama menjadi Dirut PT. KAI adalah menjaga kebersihan toilet, baik itu toilet di dalam kereta, maupun toilet yang ada di stasiun. Sebab menurut beliau, toilet adalah tanda awal peradaban manusia, sehingga manusia yang beradab membutuhkan toilet yang bersih. 

Untuk mendukung kebijakan terkait kebersihan ini, beliau bahkan meminta karyawannya untuk melakukan studi banding ke hotel demi mengetahui standar pelayanan di dalam industri tersebut. Akibatnya, hingga kini kebersihan dan ketertiban baik di dalam kereta maupun stasiun tetap terjaga dengan baik.

3. Memberikan Kompensasi Sesuai Dengan Beban dan Performa Kerja

Hal mendasar lain yang dilakukan oleh Ignasius Jonan di tubuh PT KAI adalah memberikan kompensasi kepada karyawan sesuai dengan beban dan performa kerja karyawan tersebut. Menurut Jonan, pendapatan seorang karyawan harus lebih baik apabila karyawan tersebut memberikan pelayanan yang terbaik juga. 

Beliau melakukan hal ini salah satunya adalah dengan menambahkan tunjangan kinerja untuk karyawan yang bergerak di operasional lapangan, termasuk petugas jaga palang kereta api. Dengan kenaikan gaji ini, diharapkan kebutuhan sehari-hari karyawan bisa terpenuhi, sehingga karyawan tidak melakukan “double job” dan bisa fokus saat mengerjakan tugasnya masing-masing di PT KAI. 

Selain kompensasi dalam bentuk gaji, Jonan juga memberikan “kompensasi” berupa promosi kepada individu-individu dengan hasil pekerjaan yang dinilai bagus, terlepas dari level pendidikan individu tersebut. Sebaliknya, beliau juga tidak segan untuk memecat pegawai KAI yang memiliki kinerja buruk atau malas -malasan. 

4. Pemimpin Harus Bisa Dilihat

Pelajaran kelima yang bisa diambil dari sosok Ignasius Jonan selama menjabat PT KAI adalah “pemimpin harus bisa dilihat”. Dalam hal ini, beliau tidak sungkan untuk terjun langsung memeriksa kondisi bisnis dan permasalahannya di lapangan. 

Tidak hanya untuk mengetahui permasalahan di lapangan, hal ini juga beliau lakukan untuk memberi contoh, semangat dan mentransmisikan nilai-nilai yang beliau pahami kepada seluruh karyawan perusahaan BUMN ini. Hal ini penting sebab, perkeretaapian adalah pekerjaan lapangan dan dengan komposisi tenaga kerja saat itu mayoritas lulusan SD dan SMP, maka contoh dari seorang pemimpin menjadi sangat diperlukan. Harapannya adalah, dengan stakeholder internal bisa satu suara, program-program yang dijalankan oleh KAI bisa diimplementasikan dengan mudah. 

5. Work Hard dan Work Smart

Menurut Jonan, pemahaman bahwa kita harus work smart (kerja cerdas) dan mengesampingkan work hard (kerja keras) itu salah. Bagi beliau, untuk menjadi orang sukses tetap dibutuhkan kerja keras membangun perusahaan dari 0. Nilai ini beliau buktikan dengan kemauan beliau untuk terjun langsung ke lapangan saat menjabat sebagai Dirut KAI. 

Beliau bekerja keras untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan secara langsung dengan tanpa harus menggunakan bawahan beliau. Namun demikian, hal ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan. 

6. Tidak Ragu Untuk Melakukan Inovasi

Selama lebih dari 5 tahun masa kepemimpinannya di KAI, Jonan melakukan banyak inovasi. Mulai dari menertibkan sistem ticketing, menggunakan kanal digital untuk pembelian tiket kereta api, hingga penertiban parkir stasiun dan penggunaan AC di setiap gerbong. Meskipun pada awalnya hal ini sulit dilakukan karena masalah biaya dan faktor budaya, namun pada akhirnya secara perlahan inovasi ini bisa diterapkan bahkan hingga saat ini. 

Inovasi yang dilakukan oleh Jonan tidak hanya perombakan pada fasilitas kereta api saja, melainkan juga pola pikir stakeholder internal KAI terhadap iklim bisnis perusahaan ini. Misalnya, beliau merubah pemahaman bahwa karena jumlah penumpangnya banyak, KAI tidak memiliki saingan dan susah diubah. Dengan kerja keras, beliau membuktikan bahwa perusahaan BUMN ini bisa diubah sedemikian rupa, sehingga masyarakat yang menjadi penumpangnya juga bisa lebih tertib. 

7. Mau Belajar

Hal yang tidak kalah penting dari gaya kepemimpinan beliau adalah, keinginan beliau untuk mengetahui data faktual secara langsung. Hal ini dalam artian, ketika beliau menjabat sebagai Dirut PT KAI, beliau mempelajari bagaimana sistem operasional KAI dan ketika menjadi Menteri ESDM beliau juga belajar banyak mengenai bidang keilmuan dan industri ini. 

Kemauan untuk terus belajar inilah yang membuat beliau yang notabene merupakan seorang akuntan dapat secara fleksibel bekerja di bidang lain. Termasuk di bidang pekerjaan yang jauh dari latar belakang pendidikan yang beliau miliki. 

Nah, itu tadi beberapa resep kepemimpinan dari Ignasius Jonan, mantan direktur PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2009-2014. Meskipun boleh dibilang hanya menjabat selama satu periode, tidak dapat dipungkiri kalau perubahan yang beliau lakukan sangat mendasar, sehingga dampak dan akibatnya bisa dinikmati oleh pengguna transportasi ini hingga kini.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *