Sebuah perusahaan yang sedang berkembang tentu ingin memngembangkan bisnisnya ke berbagai lini mulai dari pindah ke gedung yang lebih luas membangun pabrik baru hingga memutuskan untuk menjadi perusahaan publik (IPO).
Agar perusahaan semakin sukses, keputusan-keputusan seperti ini tidak boleh diambil secara sembarangan. Manajemen perlu melakukan analisis secara mendalam mengenai berapa biaya investasi yang diperlukan dan berapa kira-kira tingkat keuntungan investasi yang diekspektasikan oleh manajemen jika sebuah proyek investasi benar-benar dilakukan.
Tingkat keuntungan investasi yang diekspektasikan oleh manajer perusahaan inilah yang disebut dengan cost of capital atau biaya modal.
Pengertian Cost of Capital
Dilansir dari laman Investopedia, cost of capital adalah tingkat imbal hasil investasi minimal yang ditetapkan oleh perusahaan sebelum perusahaan tersebut resmi berinvestasi pada suatu proyek. Cost of capital ini menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam studi kelayakan investasi.
Dalam kacamata investor, cost of capital adalah imbal hasil investasi yang diinginkan oleh investor sebelum investor tersebut membeli saham atau instrumen investasi lainnya. Oleh karena itu, perusahaan maupun investor ingin nilai cost of capital lebih tinggi dibandingkan nilai investasi yang sebenarnya dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai proyek tersebut.
Cost of capital memiliki turunan yang bernama weighted average cost of capital (WACC). Hal ini karena banyak perusahaan yang membiayai proyek baru mereka tidak menggunakan aset yang sudah mereka miliki saja, melainkan juga dengan saham yang dibeli oleh investor (ekuitas) maupun dengan mengajukan pinjaman ke pihak ketiga (utang atau obligasi).
Rumus Menghitung Cost of Capital
Rumus weighted average cost of capital adalah:
WACC= (A x Cost of Debt) + (B x Cost of Equity)
Keterangan:
A = Proporsi pembiayaan proyek perusahaan yang berasal dari utang.
B = Proporsi pembiayaan proyek perusahaan yang berasal dari ekuitas.
Cost of Debt = Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan utang dari pihak ketiga.
Cost of Equity= Kira-kira biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi ekspektasi imbal hasil investasi yang diinginkan oleh investor kepada perusahaan tersebut.
Cost of Debt
Biaya utama dari menerbitkan surat utang atau meminjam uang kepada bank dan pihak ketiga lainnya adalah tingkat suku bunga. Oleh karena itu, nilai cost of debt didapatkan dengan rumus berikut:
Cost of Debt= (Tingkat suku bunga x Total utang perusahaan untuk proyek tertentu) x (1-Pajak).
Biasanya perusahaan yang masih baru membangun atau baru berkembang menawarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang sudah mapan. Hal ini untuk mengakomodir investasi di perusahaan tersebut.
Cost of Equity
Tidak seperti cost of debt, nilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi ekspektasi return dari investor relatif tidak bisa disamaratakan. Alasannya adalah setiap investor pasti memiliki ekspektasi return yang berbeda terhadap investasi di perusahaan tersebut.
Maka dari itu, cara menghitung cost of equity adalah:
Cost of Equity =Rf +β(Rm −Rf)
Keterangan
Rf = Risk free rate adalah perkiraan nilai imbal hasil investasi yang bisa diperoleh investor dari instrumen yang memiliki tingkat risiko mendekati 0 seperti obligasi negara (treasury bonds).
β (beta) = Hubungan antara pergerakan harga suatu saham dengan pergerakan harga saham lainnya di bursa. Misalnya jika nilai β saham KLBF sama dengan 1,1, itu artinya kalau IHSG naik sebesar 1 rupiah, harga saham farmasi tersebut akan naik sebesar 1,1 rupiah. Sebaliknya, kalau IHSG anjlok sebanyak 1, saham KLBF akan turun 1,1.
Beta ini juga disebut sebagai risiko sistemik. Artinya, semakin tinggi nilai beta, semakin tinggi pula perbedaan antara harga pasar saham terkait dengan harga saham-saham lainnya secara keseluruhan. Akibatnya, beta yang semakin tinggi juga mengindikasikan nilai return yang semakin tinggi pula.
Rm = Tingkat imbal hasil yang diekspektasikan investor terhadap seluruh harga saham di dalam suatu bursa. Dalam konteks pasar modal Indonesia, Rm adalah tingkat imbal hasil atau return yang diekspektasikan investor terhadap IHSG. Untuk mendapatkan nilai ini, investor bisa menghitung rata-rata return IHSG dalam beberapa tahun terakhir.
Contoh Perhitungan Cost of Capital
Contoh 1:
Perusahaan A ingin membangun sebuah pabrik baru di Karawang, Jawa Barat. 45% biaya pembangunan pabrik baru tersebut dibiayai oleh saham, sementara 55% sisanya dibiayai oleh utang. Jika nilai cost of debt perusahaan tersebut adalah 7% dan nilai cost of capital-nya sebesar 11%, maka berapa nilai WACC investasi yang dilakukan oleh perusahaan A?
WACC = (A x Cost of Debt) + (B x Cost of Equity)
= (11% x 55%) + (7% x 45%)
= 6,1% + 3,2%
= 9,3%.
Contoh 2
Perusahaan B ingin melakukan ekspansi dengan membeli perusahaan C. Dari data keuangan perusahaan B terdapat beberapa data berikut ini:
- Proporsi utang untuk membiayai investasi ke perusahaan C= 30%.
- Proporsi ekuitas untuk membiayai investasi ke perusahaan C= 70%.
- Tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh perusahaan B kepada bank sebesar 6%.
- Total utang perusahaan B untuk membiayai investasi ini adalah sebesar Rp. 30.000.000.
- Pajak sebesar 3%.
- Tingkat suku bunga obligasi negara= 5%.
- Tingkat return IHSG= 6%.
- Nilai β (beta) perusahaan C = 0,85.
Maka, berapakah nilai WACC investasi perusahaan B ke perusahaan C?
Jawabannya:
Cost of Debt
Cost of Debt= (Tingkat suku bunga x Total utang perusahaan untuk proyek tertentu) x (1-Pajak).
Cost of Debt= (6% x 100) x (1-3%)
= 5,82%
Atau
Cost of Debt= (6% x 30.000.000) x (1-3%)
= 1.800.000- 0,97%
= 1.746.000.
1.746.000 = 5,82% x 30.000.000
Cost of Equity
Cost of Equity =Rf +β(Rm −Rf)
Cost of Equity = 5% + 0,85 (6%-5%)
= 5% + 0,85 (1%)
= 5%+ 0,0085
= 5,85%
Cost of Capital
WACC= (A x Cost of Debt) + (B x Cost of Equity)
WACC= (30% x 5,82%) + (70% x 5,85%)
WACC= 1,746% + 4,095%
WACC= 5,84%
Manfaat Menghitung Cost of Capital
Cost of capital nantinya digunakan sebagai rasio diskonto dalam menghitung Net Present Value (NPV). NPV adalah indikator keuangan yang memperhitungkan berapa kira-kira nilai uang saat ini jika digunakan dalam beberapa tahun kedepan.
Jika nilai NPV ini positif, maka investasi perusahaan tersebut menguntungkan sebaliknya, jika NPV negatif maka, sebaiknya perusahaan tidak berinvestasi. Dengan adanya WACC dan NPV ini, perusahaan relatif bisa terhindar dari kerugian yang tidak perlu sehingga kinerjanya bisa efektif dan efisien.