Lompat ke konten

Rahasia Sukses Canva

Rahasia Sukses Canva

Di zaman media sosial ini, tentunya Anda sudah tidak asing dengan platform Canva. Canva adalah aplikasi yang memudahkan penggunanya untuk melakukan desain untuk berbagai keperluan, mulai dari postingan di media sosial hingga presentasi bisnis. 

Platform ini bisa digunakan dengan cara mengakses website-nya di Google, maupun dengan mengunduh aplikasinya di Google Play Store atau App Store. Saat ini pengguna bulan aplikasi ini diperkirakan mencapai 110 juta orang pengguna atau naik sebesar 35 juta orang pengguna dibandingkan pada tahun 2021 lalu (CNBC) dengan jumlah pelanggan berbayar hingga 5,8 juta pengguna. 

Didirikan pada tahun 2012, perusahaan asal Australia ini diperkirakan memiliki valuasi sebesar 40 miliar USD hanya dalam waktu 11 tahun. Boleh dibilang bahwasanya Canva adalah contoh bagaimana produk sebuah perusahaan startup bisa mendisrupsi industri, bermanfaat bagi orang banyak, sekaligus menguntungkan bagi pendiri dan investor. 

Penasaran mengenai rahasia sukses perusahaan ini? Simak pembahasannya berikut ini. 

Sejarah Canva

Canva Pty Ltd adalah perusahaan yang didirikan oleh Melanie Perkins dan Clifford Obrecht pada tahun 2012. Ide dari pembuatan aplikasi ini adalah Melanie dan Cliff ingin membuat aplikasi desain yang memudahkan semua orang untuk melakukan desain terlepas dari apapun kebutuhan mereka. 

Ide ini muncul sejak tahun 2006 dimana Melanie yang saat itu menjadi pengajar desain freelance menemukan bahwa aplikasi desain yang ada, seperti Adobe Photoshop relatif susah dipahami, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengajar. Ide ini kemudian diwujudkan dalam bentuk fusion books, sebuah platform yang memudahkan siswa untuk membuat buku tahunan dengan berbagai template yang dapat ditempelkan dan diatur sesuai dengan keinginan. 

Fusion books terbukti cukup sukses. Oleh karena itu, Perkins dan Obrecht mencoba untuk mempresentasikan idenya terhadap investor-investor yang ada di Perth, Australia, tempat tinggal mereka saat itu. Setelah sempat ditolak oleh 100 investor di Perth, keduanya akhirnya bertemu dengan Bill Tai dalam sebuah seminar. 

Bill memang tidak memberikan dana kepada mereka, namun dari perkenalan dengan Bill ini, keduanya bisa mengikuti berbagai pertemuan antara startup dan investor-investor dunia. Salah satu pertemuan tersebut diselenggarakan di Silicon Valley dimana Perkins dan Obrecht bertemu dengan Lars Rasmussen, pendiri Google Map. Rasmussen tertarik dengan ide yang diajukan oleh Perkins dan Obrecht, namun tidak akan memberikan kucuran dana sebelum keduanya menemukan orang yang bisa membuat aplikasi tersebut. Setelah berulang kali menyetorkan orang berbeda kepada Rasmussen, akhirnya Rasmussen menyetujui Cameron Adams, sebagai co-founder Canva yang fokus di bidang teknik. 

Dari usaha awal ini, ketiganya mampu mengumpulkan pendanaan sebesar 3,6 juta USD dari perusahaan-perusahaan investor, seperti Matrix Partners dan Interwest Partners. Menurut data dari CNBC, terakhir perusahaan ini berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar 581 miliar USD atau sekitar 9 triliun rupiah. 

Faktor Kesuksesan Canva

Meskipun tentunya terdapat banyak faktor yang tidak bisa disebutkan, namun berikut ini beberapa faktor yang bisa membuat aplikasi ini kini banyak digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan:

1. Canva membuat proses desain menjadi lebih mudah dan murah

Sebelum adanya aplikasi ini, desain banner, presentasi atau poster hanya bisa dilakukan oleh individu yang menguasai skill desain grafis menggunakan photoshop. Selain fiturnya rumit, belajar dan berlangganan photoshop juga relatif mahal. Dengan adanya Canva, kini semua orang bisa melakukan desain sesuai dengan keinginan mereka. 

Hal ini karena aplikasi ini mudah digunakan. Dengan 250.000 template dan foto yang bisa Anda akses secara gratis dan lebih dari 500.000 foto dan template berbayar, Anda bisa tinggal menempelkan template atau foto tersebut dan memasukkan teks di atasnya. Ukuran, jenis font dan gaya teks ini bisa Anda sesuaikan dengan keinginan. Tidak hanya itu, Anda juga bisa menyesuaikan ukuran gambar dan membuat gambar transparan jika Anda merupakan pengguna premium. 

Canva juga membuka peluang kepada fotografer dan desainer grafis untuk menjadi kontributor lepas berbayar. Dengan demikian dengan menggunakan aplikasi ini, Anda tidak hanya bisa mendapatkan gambar, tetapi juga mendapatkan pendapatan tambahan. 

2. Model bisnis yang jelas

Pendiri Canva sejak awal mengetahui bagaimana cara perusahaan ini mendapatkan keuntungan, yaitu dengan model subscribers atau berlangganan. Dengan cara ini, pengguna terus didorong untuk berlangganan aplikasi ini dengan iming-iming tambahan template dan foto bagus, fitur tambahan yang membuat lebih praktis dan lain sebagainya. 

Biaya berlangganan aplikasi ini juga terbilang terjangkau. Hanya dengan Rp95.000 untuk individu dan Rp190.000 untuk tim beranggotakan 5 orang, pengguna sudah bisa mengakses berbagai foto dan template premium. 

3. Pangsa pasar luas

Boleh dibilang bahwasanya Canva didirikan pada waktu yang tepat. Sebab seiring dengan perkembangan media sosial dalam satu dekade terakhir ini, semakin banyak orang yang membutuhkan alat desain yang mudah digunakan. Dengan produk yang mudah dan biaya berlangganan yang terjangkau, maka tidak heran jika aplikasi ini banyak dipakai oleh berbagai kalangan, mulai dari praktisi pemasaran, guru hingga mahasiswa. 

4. Terus berinovasi

Produk yang mendisrupsi industri dan pangsa pasar yang luas saja tidak cukup untuk membangun kesuksesan sebuah perusahaan startup. Inovasi yang tiada henti juga dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan perusahaan ini. Inilah yang dilakukan oleh Canva. 

Aplikasi ini terus menyesuaikan produknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mulai dari menyediakan template khusus untuk berbagai media sosial, menyediakan template khusus untuk background zoom, hingga kini Canva berencana untuk berekspansi ke pasar artificial intelligence di bidang copywriting. 

5. Founder yang tidak pantang menyerah

Dari paparan sejarah di atas terlihat bahwasannya kedua pendiri perusahaan ini,  Melanie Perkins dan Clifford Obrecht bukan individu yang pantang menyerah. Bahkan dalam sebuah wawancaranya bersama CNBC, Perkins mengatakan bahwa dia harus belajar kitesurfing (berselancar menggunakan layar) untuk mendekati investor atas rekomendasi Bill Tai. 

Keduanya juga dituntut untuk me individu dengan technical know-how yang sesuai kriteria investor untuk mendukung bisnis mereka. Dalam wawancara tersebut, Perkins juga menyebutkan bahwa bukan hal yang mudah untuk merekrut individu yang berkualitas seperti Cameron Adams. 

6. Founder memiliki visi misi yang jelas

Lalu apa yang membuat Perkins dan Obrecht tidak menyerah bahkan setelah ditolak oleh 100 orang investor? Jawabannya adalah karena keduanya memiliki visi dan misi yang jelas, yaitu supaya semua orang bisa melakukan desain grafis sesuai dengan kebutuhannya sendiri. 

Tidak hanya itu, keduanya juga memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh setiap founder startup, yaitu memiliki skill persuasi yang baik, memiliki passion terhadap bisnis yang mereka bangun, cukup ambisius untuk tidak mudah menyerah dan memiliki kemampuan leadership yang patut diperhitungkan. 

Keberhasilan Canva membuktikan cukup banyak hal. Pertama, bahwasanya perusahaan startup bisa mendulang keuntungan jika dikelola dengan baik, kedua bahwasanya Anda tidak harus menjadi orang Amerika Serikat untuk membangun startup kelas dunia, dan ketiga bahwasanya perempuan juga bisa menjadi pemimpin sebuah perusahaan rintisan. Selamat mencoba.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *