Lompat ke konten

Analisis SWOT Mixue

Analisis SWOT Mixue

Saat pertama kali mendengar nama Mixue, pasti yang ada di benak Anda adalah merek minuman asal China yang dalam beberapa tahun ini viral. Bahkan saking viralnya, terdapat kelakar yang menyebutkan bahwa ruko kosong sebentar lagi akan menjadi gerai Mixue.

Terlepas dari viralitas tersebut, tentu ada pelajaran bisnis berharga yang bisa diambil dari brand yang satu ini dan salah satu cara mencari pelajaran bisnis berharga tersebut adalah dengan melakukan analisis SWOT atau strength, weakness, opportunity dan threat dari produk ini. Berikut ini pembahasan analisis SWOT Mixue.

Sekilas Tentang Mixue

Mixue adalah brand es krim asala Zhengzhou, Henan yang dirintis oleh Zhang Hongchao sejak tahun 1997. Ketika itu, Zhang yang merupakan mahasiswa tingkat akhir magang di gerai es serut untuk mengurangi beban keluarga. Dari situ, beliau terinspirasi untuk memulai gerai es nya sendiri, sehingga mendirikan gerai Mixue yang pertama dari modal hasil pinjaman dari neneknya. 

Namun gerai pertama ini gagal dan harus ditutup. Baru pada tahun 1999, Zhang mendirikan gerai Mixue yang kedua dengan nama Mìxuě Bīngchéng. Sempat naik turun beberapa kali, gerai es krim ini mulai menemukan titik baliknya pada tahun 2006, ketika es krim cone buatan Jepang masuk ke Zhengzhou dan membuat harga es krim serupa naik. 

Namun demikian berbeda dengan pesaingnya, Zhang mematok es krim dengan harga yang kurang lebih 20% lebih rendah untuk menargetkan pasar dari kalangan menengah ke bawah. Pada tahun 2007, Zhang membuka sistem waralaba atau franchise untuk Mixue. Meskipun dengan harga produk yang lebih rendah, tak dinyana pada tahun 2008, sudah ada 180 gerai brand ini di seluruh China. 

Menurut laporan dari Momentum Works, pada tahun 2021 gerai brand ini sudah mencapai 21.582 unit yang tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, brand ini diperkirakan memiliki lebih dari 300 gerai (IDX Channel) dengan Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai dua provinsi dengan jumlah gerai terbanyak. 

Sekilas Tentang Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah sebuah  kerangka analisis yang ditujukan untuk mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh sebuah bisnis. Dari hasil analisis inilah kemudian perusahaan bisa menyusun strategi pemasaran, operasional dan produksi. 

Analisis ini pertama kali dikembangkan oleh Albert S. Humphrey, seorang konsultan bisnis asal Amerika Serikat, pada dekade 1960-an. Meskipun sudah berusia lebih dari 60 tahun, namun kerangka berpikir ini hingga saat ini masih banyak digunakan oleh pebisnis maupun masyarakat umum karena kemampuannya untuk beradaptasi pada setiap kebutuhan. 

Analisis SWOT Mixue

1. Strength (kelebihan)

Strength (kelebihan) adalah faktor-faktor internal yang menyebabkan sebuah produk bisa maju. Berikut ini beberapa kelebihan dari brand Mixue:

  1. Harga terjangkau. Seperti yang telah disebutkan di atas, target pasar brand ini adalah pasar menengah ke bawah, sehingga harga yang dipatok juga terjangkau untuk kalangan masyarakat ini. Harga produk Mixue dijual dengan rentang Rp15.000- lebih dari 20.000 sedikit. Padahal, produk yang sama bisa dijual dengan harga di atas Rp20.000 oleh pesaing. Hal ini membuat produk Mixue cocok untuk pasar Indonesia. 
  2. Cita rasa es krim yang lezat. Dalam pasar F&B, umumnya variasi produk yang dijual tidak terlalu banyak dan seringkali mirip dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing. Oleh sebab itu, cita rasa dan diferensiasi produk merupakan hal yang penting dalam bisnis ini, dan Mixue terbukti sudah menghadirkan es krim dengan cita rasa yang tidak kalah dari pesaing meskipun harganya lebih terjangkau. 
  3. Sistem waralaba yang menunjang ekspansi. Harga produk yang murah membuat Mixue mencari sumber laba yang lain, yaitu menekankan pada sistem rantai pasok dan ekspansi waralaba. Menurut beberapa sumber, Mixue memberlakukan sistem waralaba dimana para franchisee (pemilik usaha waralaba tersebut) tidak perlu menyetorkan sebagian keuntungannya kepada perusahaan ini. Proses renovasi ruko juga diserahkan kepada pihak kontraktor yang disediakan oleh brand ini. Mereka hanya diminta untuk membeli bahan baku dan packaging langsung dari Mixue dan membayar biaya manajemen sekitar Rp18.000.000 per tahun. 
  4. Sistem distribusi terpusat. Mixue memiliki pusat logistik atau gudang terpusat yang dimiliki sendiri dan pusat pengolahan bahan baku yang dikelola secara mandiri juga. Hal ini memungkinkan brand ini untuk tidak perlu bekerjasama dengan pihak ketiga yang mana pada akhirnya membuat proses produksi, penyimpanan dan distribusi bahan baku menjadi lebih murah. Maka dari itu, tidak heran jika brand ini menawarkan sistem pengiriman bahan baku gratis ongkir untuk para franchisee. 

2. Weakness (kekurangan)

Kebalikan dari strength, weakness adalah faktor-faktor internal yang bisa menghambat perkembangan bisnis perusahaan. Berikut ini beberapa kekurangan dari brand mixue:

  1. Produk yang tergantung musim. Salah satu penyebab tutupnya gerai pertama Mixue di China adalah karena produk brand ini cenderung lebih banyak dikonsumsi ketika musim panas, sementara kalau musim dingin atau penghujan cenderung sepi. Namun saat ini seiring dengan perubahan iklim, es krim yang satu ini tetap dikonsumsi dalam cuaca apapun. 
  2. Produk yang bukan makanan pokok. Ada banyak orang yang tidak bisa memulai hari tanpa minum kopi atau teh terlebih dahulu, tapi apakah ada orang yang tidak bisa memulai hari dengan tanpa minum es krim? Tentu saja jarang atau bahkan tidak ada. Masyarakat cenderung hanya akan mengkonsumsi es krim beberapa hari sekali atau bahkan satu bulan sekali. 
  3. Gerai yang kecil. Sebuah gerai Mixue memiliki luas minimal 25 meter dengan lebar muka 3,8 meter dan tinggi (jarak dengan atap) 1,7 meter. Ukuran ini cenderung kecil mengingat load pembeli minuman ini seringkali padat, sehingga kurang nyaman bagi pembeli untuk mengantri. 

3. Opportunity (peluang)

Opportunity atau peluang adalah berbagai faktor eksternal yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya. 

  1. Pasar minuman boba di Indonesia masih sangat luas. Meskipun saat ini sudah memiliki lebih dari 300 cabang (sebuah sumber bahkan menyebutkan 600 cabang), namun pasar minuman boba di Indonesia masih sangat luas. Menurut Dr. Indrawan Nugroho, diperkirakan potensi pasar minuman boba di negeri ini mencapai $1,6 miliar atau 43,7%  dari pasar minuman boba di Asia Tenggara. Ini artinya, potensi pembukaan gerai di negeri ini masih sangat besar. 
  2. Komitmen pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur. Infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan adalah hal yang penting untuk proses rantai pasok sebuah produk. Sederhananya, semakin bagus jalanan di Indonesia, semakin mudah pula pembukaan gerai Mixue di berbagai wilayah di luar Pulau Jawa karena aksesibilitas yang semakin mudah. 

4. Threat (tantangan)

Tantangan adalah berbagai faktor eksternal yang bisa menghambat kinerja perusahaan di masa depan. Berikut ini beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh brand ini:

  1. Potensi penurunan pendapatan per gerai. Penambahan jumlah gerai yang masif di satu sisi memang membuat rantai pasok terpusat ala Mixue bisa lebih efisien. Namun disisi hal ini bisa membuat potensi pendapatan per gerai menurun. Apalagi mengingat bahwa pihak perusahaan tidak melarang adanya dua gerai Mixue dalam satu bangunan yang sama. Meskipun dengan model bisnis yang berbeda, hal ini menjadi faktor utama tutupnya gerai 7-Eleven di Indonesia.
  2. Potensi kejenuhan pasar. Selain adanya potensi penurunan pendapatan per gerai, banyaknya gerai Mixue dalam satu lokasi juga bisa membuat pasar menjadi jenuh. Apalagi es krim bukan merupakan minuman yang akan sering dikonsumsi. Menurut beberapa analis, saat ini Mixue menjalankan strategi pemasaran FOMO (fear of missing out) untuk membuat trend. Masalahnya adalah, jika trend ini reda, maka pasar bisa jenuh. 
  3. Potensi kenaikan harga. Banyak analis yang menilai bahwasanya strategi harga murah yang saat ini diterapkan oleh Mixue semata-mata hanyalah strategi penetrasi pasar (untuk meningkatkan market share). Sama seperti Gojek dan Grab, lambat laun strategi penetrasi pasar ini dapat mendorong kenaikan harga produk dalam jangka panjang. 

Mixue merupakan brand es krim yang menghadirkan fasilitas waralaba yang menggiurkan. Namun demikian, sebelum mengeluarkan puluhan hingga ratusan juta untuk menjadi franchisee produk ini, sebaiknya Anda tetap melakukan analisis mendalam terlebih dahulu.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *