Lompat ke konten

6 Penyebab Usaha Gagal, Serta Cara Mengatasinya

6 penyebab kegagalan usaha dan cara mengatasinya

Setiap bisnis pasti memiliki risiko kegagalan. Namun bukan berarti risiko kegagalan tersebut tidak dapat diminimalisir. Salah satu cara meminimalisir kegagalan bisnis adalah mengetahui penyebab kegagalan bisnis tersebut dan cara mengatasinya.

Masing-masing bisnis pasti memiliki faktor-faktor yang berbeda yang menyebabkan mereka gagal berkembang. Namun secara umum, berikut ini beberapa penyebab usaha gagal yang dapat Anda identifikasi:

1. Manajemen Yang Tidak Kompeten dan Efisien

Keterbatasan kualitas sumber daya manusia seringkali membuat usaha mikro kecil menengah (UMKM) gulung tikar. Namun demikian, bukan berarti perusahaan besar tidak terhindar dari masalah ini.

Apabila sumber daya manusia pada UMKM gulung tikar karena minim pendidikan dan pelatihan, maka bisa jadi sumber daya manusia pada perusahaan besar tidak kekurangan keduanya tapi kurang mematuhi etika bisnis.

Sebut saja PT. Garuda Indonesia, maskapai penerbangan Indonesia yang kini berada di ambang kebangkrutan. Tentu kualitas individu SDM perusahaan ini mumpuni secara pendidikan dan pelatihan. Namun sayangnya, beberapa kali mereka terpergok dan dicurigai menyalahi etika bisnis.

Meskipun seringkali tidak tertulis, penerapan prinsip dan etika bisnis perlu diterapkan dengan ketat demi menjaga keberlangsungan usaha.

2. Kondisi Keuangan Yang Amburadul

Keuangan adalah darah sebuah bisnis. Tanpa pencatatan dan manajemen keuangan yang baik, operasi sebuah perusahaan bisa saja macet. Oleh sebab itu, tata kelola keuangan sebuah perusahaan kiranya perlu benar-benar diperhatikan.

Sekali lagi, mari kita ambil contoh PT. Garuda Indonesia. Perusahaan pelat merah ini tercatat terus mengalami kerugian hingga 1,4 triliun per bulan (okezone) dan tetap mempertahankan penerbangan internasional yang notabene memakan biaya besar namun berkontribusi minim terhadap pendapatan.

Belum lagi faktor industri penerbangan yang memang secara natural membutuhkan biaya kelola yang tinggi. Kebangkrutan Garuda membuktikan bahwa kondisi keuangan yang buruk ditambah manajemen yang kurang memperhatikan etika dalam berbisnis bisa membuat sebuah perusahaan besar pelat merah juga bisa hancur.

3. Kegagalan Perencanaan

Kegagalan merencanakan usaha dengan baik bisa terjadi karena beberapa hal seperti gagal dalam mengidentifikasi kebutuhan konsumen, gagal dalam mengidentifikasi selera pasar dan gagal dalam mengeksekusi perencanaan gara-gara ada beberapa faktor yang luput dari pengamatan.

Contoh nyata dari hal ini adalah kegagalan produk Apple di India dan kegagalan McDonald’s di Vietnam. Baik India maupun Vietnam merupakan pasar yang potensial sebab banyak memiliki generasi muda dan ekonominya sedang berkembang.

Namun baik Apple maupun McDonald’s boleh dibilang flop dalam mengakuisisi pasar besar ini karena mereka gagal memetakan selera dan perilaku konsumen di masing-masing negara. Menurut CNBC, Apple gagal di India sebab masyarakat India cenderung membeli barang elektronik termasuk HP dari toko-toko tidak resmi berskala kecil. Selain itu, harga Apple juga terbilang mahal untuk rata-rata pendapatan penduduk negara tersebut.

Di sisi lain, McDonald’s gagal bersaing dengan Banh Mi, makanan khas Vietnam yang desain produknya mirip dengan burger namun memiliki harga yang jauh lebih murah dan kandungan gizi yang lebih kaya. Belum lagi Banh Mi dijual di lapak-lapak pinggir jalan yang bisa diakses oleh siapapun.

Dari sini terlihat bahwa salah satu cara mengembangkan usaha adalah berfokus pada studi perilaku konsumen di sebuah daerah secara mendalam sebelum sebuah bisnis direncanakan apalagi didirikan. Tujuannya tentu saja agar produk perusahaan tidak gagal begitu dirilis di pasaran.

4. Ekspansi Yang Terlalu Cepat

Bisnis yang terus berkembang tentu merupakan keinginan setiap pebisnis. Akan tetapi, apabila perkembangan ini terlalu cepat bisa juga menjadi beban tersendiri bagi pebisnis tersebut. Sebab, setiap unit pembangunan pabrik atau gerai baru pasti juga membutuhkan biaya operasi.

Generasi 90-an pasti mengingat nama minimarket 7-eleven, sebuah minimarket yang 10 tahun lalu hits di Indonesia. Sevel, begitu dia dipanggil, adalah jaringan supermarket Amerika yang masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2008.

Pada tahun 2010, gerai Sevel di Indonesia berjumlah 21 gerai tapi pada tahun 2014 jumlahnya meningkat 9 kali lipat menjadi 190 gerai. Sayangnya pertumbuhan yang cepat ini tidak berjalan lama karena beberapa sebab terutama jumlah gerai yang terlalu banyak tapi desain gerainya tidak sesuai dengan selera konsumen Indonesia sehingga beban per gerai tinggi tapi pendapatannya rendah.

Akibatnya pada tahun 2017 Sevel resmi keluar dari pasar Indonesia setelah sempat merugi. Dari contoh ini jelas ekspansi yang terlalu cepat dan tidak disertai dengan perencanaan yang memadai justru akan menjadi bumerang bagi bisnis itu sendiri.

5. Pemilihan Lokasi Yang Buruk

Lokasi menentukan rejeki. Oleh sebab itu, jika Anda membuka usaha pastikan lokasi bisnis Anda strategis. Cari tempat yang dekat dengan keramaian seperti, tempat wisata, kampus, sekolah atau pasar.

Perhatikan juga perilaku orang yang lewat di depan lokasi Anda. Sebab bisa jadi lokasi tersebut dekat dengan keramaian, tetapi cenderung hanya dijadikan sebagai tempat lalu lalang saja (bukan tempat mampir).

Misalnya, katakanlah lokasi yang Anda incar dekat dengan pertambangan batu bara dengan jarak tempuh kira-kira 5 km. Lokasi tersebut berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota sehingga mayoritas orang yang lalu lalang di depan lokasi itu adalah sopir truck pengangkut batu bara.

Maka, lokasi tersebut tidak seharusnya Anda gunakan untuk toko oleh-oleh atau makanan melainkan akan lebih menguntungkan jika dipakai untuk membuka usaha bengkel yang siap membantu sopir truck untuk mengisi bahan bakar atau memperbaiki mesin. Jika Anda tetap membuka toko oleh-oleh atau makanan, jangan heran bila toko Anda hanya akan dilewati karena tentu sopir truck lebih memilih makan di dekat pabrik atau di daerah tujuan sekalian.

6. Sikap Pengusaha Yang Mudah Menyerah

Merencanakan, membangun dan mengembangkan sebuah bisnis tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Ada kalanya dalam waktu yang tidak singkat tersebut perusahaan mengalami naik turun karena memang seperti itulah kondisi alamiah sebuah bisnis.

Bisnis tidak akan berkembang dan bahkan akan gagal jika pemilik bisnis tersebut mudah menyerah. Anda tentu tidak akan mengenal BTS seperti saat ini apabila Bang Shi-hyuk, pendiri Big Hit Entertainment memutuskan untuk berhenti bekerja di industri tersebut pasca kegagalan Glam, girl group yang pertama kali diasuh oleh Big Hit.

Anda mungkin juga tidak akan mengenal Sandiaga Salahuddin Uno seperti yang kita ketahui saat ini jika beliau memutuskan tidak bekerja di industri keuangan pasca dipecat oleh NTI Resources LTD pada tahun 1997. Pada akhirnya masyarakat Indonesia mengenal beliau karena hingga kini beliau masih aktif di industri keuangan melalui PT Sarotaga Investama yang beliau dirikan.

Menyerah bukan opsi dalam berbisnis. Tidak menyerah bukan berarti Anda tidak bisa berhenti sejenak. Ambil satu langkah mundur untuk beristirahat sebelum berlari lebih kencang untuk menjalankan bisnis yang lebih baik.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna merupakan salah satu finalist PKM-Kewirausahaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Chusna aktif mencari dan mengeksekusi ide bisnis yang menarik dan inovatif.View Author posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *