Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Indonesia adalah pasar yang menggiurkan untuk industri e-commerce. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan didominasi oleh anak muda, tidak heran jika banyak perusahaan e-commerce yang berlomba-lomba menguasai pasar di negara kepulauan ini. Salah satunya adalah Lazada. Berikut ini Analisis SWOT Lazada.
Sekilas tentang Lazada
Lazada adalah perusahaan online marketplace yang didirikan oleh Maximilian Bittner pada tahun 2012. Sempat mendapatkan pendanaan dari berbagai perusahaan venture capital, pada tahun 2016 perusahaan ini secara resmi menjadi bagian dari Alibaba Group.
Hingga paruh awal tahun 2023, tercatat aplikasi ini telah diunduh oleh lebih dari 100 juta orang pengguna di Google Play Store dan mendapatkan rating 4,6 bintang dari 5 di aplikasi tersebut. Sementara itu, di appstore, aplikasi ini mendapatkan rating 4,6 dari 5 bintang. Dari sisi jumlah pengguna aktif, Katadata menyebutkan bahwa Lazada merupakan aplikasi e-commerce ketiga dengan jumlah pengunjung terbanyak di Indonesia, yaitu sekitar 83 juta orang pengunjung.
Hal ini juga sama dari segi gross merchandising value (GMV). GMV merupakan nilai total transaksi pembelian di e-commerce dalam satu periode akuntansi. Matriks ini merupakan indikator yang umum digunakan oleh perusahaan e-commerce untuk mengukur valuasi perusahaan tersebut. Menurut hasil penelitian dari Momentum Works sebagaimana disampaikan oleh Kompas, nilai GMV Lazada di Indonesia mencapai 77,4 triliun rupiah sepanjang tahun 2022. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan Shopee dan Tokopedia.
Sekilas Tentang SWOT
Analisis SWOT adalah kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengetahui kelebihan (strength), kekurangan (weakness), peluang (opportunity), dan tantangan (threat) yang bisa menjadi pendorong atau penghalang perkembangan bisnis. Analisis ini pertama kali dikembangkan oleh Albert S. Humphrey, seorang ahli manajemen asal Amerika Serikat pada tahun 1960-an.
Mekanisme analisisnya yang sederhana dan mudah dipahami membuat kerangka berpikir ini hingga saat ini masih banyak digunakan baik itu dalam ranah bisnis maupun bukan. Pemahaman mengenai analisis ini akan membantu Anda untuk menyusun strategi bisnis yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada.
Analisis SWOT Lazada
1. Strength (kelebihan)
Strength adalah faktor-faktor internal yang berpotensi mendorong perusahaan untuk lebih berkembang. Adapun kelebihan aplikasi dan website Lazada antara lain:
- Ukuran aplikasi lebih kecil. Dibandingkan dengan aplikasi e-commerce lain, ukuran aplikasi Lazada relatif lebih kecil. Meskipun tampak sederhana, hal ini berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna. Sebab, aplikasi dengan ukuran lebih kecil memiliki kecepatan loading yang lebih baik dan tidak membutuhkan penyimpanan yang banyak serta baterai yang besar.
- Produk yang lengkap dan terjangkau. Meskipun ukuran aplikasinya lebih kecil, namun Lazada menghadirkan variasi produk yang lengkap dengan harga yang relatif terjangkau. Maka dari itu, tidak heran jika banyak pengguna yang bertahan menggunakan aplikasi ini.
2. Weakness (kekurangan)
Kekurangan atau weakness adalah faktor-faktor internal yang harus diperbaiki oleh perusahaan supaya perkembangan perusahaan tidak terhambat.
- Tidak ada menu pemilihan ekspedisi. Sejumlah pelanggan di Google Play Store mengeluhkan tidak adanya menu pemilihan ekspedisi saat membeli produk. Padahal, tidak semua ekspedisi memiliki citra pengiriman yang baik dan cepat. Akibatnya, banyak pelanggan yang harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan barang yang mereka pesan.
- Keterbatasan penggunaan fitur cash on delivery (COD). Cash on delivery (COD) adalah fitur yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat yang belum memiliki pembayaran online atau mobile banking untuk berbelanja di aplikasi online marketplace. Dengan fitur pembayaran ini, diharapkan banyak masyarakat yang tinggal di pelosok Indonesia bisa berbelanja online. Namun sayangnya, fitur COD Lazada tidak bisa digunakan di kota-kota tertentu.
- Adanya masalah dalam transaksi. Meskipun sudah berusia 11 tahun, namun masih banyak permasalahan tentang transaksi yang harus diperbaiki oleh perusahaan ini. Masalah tersebut antara lain, ketidaksesuaian antara harga yang tertera di aplikasi dengan harga yang dibebankan kepada pelanggan, barang yang tidak sesuai, penjual nakal dan lain sebagainya.
- Kampanye marketing yang mengganggu. Sebagai perusahaan e-commerce, Lazada menerapkan berbagai sarana pemasaran. Mulai dari jingle, brand ambassador (Maudy Ayunda dan Isyana Sarasvati) dan lain sebagainya. Salah satunya adalah dengan menempatkan iklan di website atau aplikasi lainnya. Kampanye pemasaran yang terakhir ini dinilai mengganggu oleh pengguna aplikasi tersebut karena terasa memaksa pengguna untuk mengunduh aplikasi.
- Keterbatasan gudang. Menurut beberapa sumber, hanya ada dua gudang Lazada di Indonesia yang mana semua terletak di Pulau Jawa. Meskipun jumlah penduduk Pulau Jawa adalah 40% dari total penduduk Indonesia, namun keterpusatan logistik di Pulau Jawa akan menghambat distribusi produk-produk Lazada ke pulau lainnya, sehingga membatasi perkembangan bisnis perusahaan ini.
3. Opportunity (peluang)
Peluang atau opportunity adalah faktor-faktor eksternal yang bisa mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan. Berikut ini peluang yang bisa dimanfaatkan oleh Lazada:
- Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi digital di negeri ini. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan BTS di berbagai wilayah pelosok di Indonesia. Semakin meluasnya penetrasi internet di Indonesia, maka semakin besar peluang perusahaan e-commerce di Lazada untuk masuk wilayah pedalaman dan mengembangkan bisnis di sana.
- Potensi pasar yang terus bertumbuh. Dalam rentang waktu 2010-2019 pasar e-commerce di Indonesia terus bertumbuh meskipun perlahan-lahan. Baru pada covid19, e-commerce tumbuh dengan pesat karena banyaknya masyarakat yang harus belanja dari rumah. Namun, pertumbuhan ini melambat seiring dengan selesainya pandemi.
Beberapa analisis dari Momentum Works dan McKinsey menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan pasar e-commerce di Indonesia maupun Asia Tenggara akan tetap tumbuh meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang normal. Analis dari McKinsey menyebutkan bahwa diperkirakan hingga tahun 2026 pertumbuhan online marketplace di Aisa Tenggara akan menembus GMV senilai $230 miliar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 15%-25% per tahun. Di sisi lain , Momentum Works memperkirakan kalau perkembangan aplikasi ini akan mencapai $175 miliar sebagai skenario terburuk dan $232 miliar sebagai skenario terbaik. Perlu diketahui bahwasanya saat ini total GMV online marketplace di Asia Tenggara mencapai $99,5 miliar.
4. Threat (tantangan)
Threat adalah faktor-faktor eksternal yang bisa menghambat pertumbuhan bisnis perusahaan. Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh Lazada antara lain.
- Persaingan yang ketat. Kini, Lazada tidak hanya harus menghadapi Shopee, Tokopedia atau Bukalapak, tetapi juga harus menghadapi Tiktok Shop. Meskipun baru masuk pasar Indonesia pada tahun 2021, nyatanya GMV TikTok Shop berhasil naik 4 kali lipat pada tahun 2022 (Daily Social) dan mencapai $4,4 miliar. Ekspansi yang masif ini tentunya akan mempengaruhi bisnis Lazada dan online marketplace yang sudah ada sebelumnya.
- Kondisi ekonomi nasional dan internasional. Perlambatan ekonomi pasca covid19 turut menyetir perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja. Orang yang pada saat pandemi berbelanja online, kini beralih ke belanja offline lagi. Apalagi setelah beberapa aplikasi menerapkan biaya administrasi yang lebih tinggi untuk mengejar profitabilitas.
Untuk menghadapi tantangan ini, pada awal Juli 2023 lalu Lazada mempekerjakan CEO baru di Indonesia. Mari kita lihat lebih lanjut bagaimana pimpinan baru ini dapat mengubah posisi Lazada di peta persaingan e-commerce di Indonesia.