Saat mengajukan pinjaman kepada bank atau mencari investor yang mau membantu permodalan bisnis, acap kali Anda harus memasukkan berbagai indikator keuangan dalam business plan dan saat presentasi. Tujuannya adalah untuk meyakinkan investor kalau bisnis Anda menguntungkan.
Di antara berbagai indikator tersebut, salah satu yang paling banyak digunakan adalah break even point atau BEP. Pelajari apa itu break even point, bagaimana cara menghitungnya dan apa manfaatnya berikut ini.
Pengertian Break Even Point
Break even point (BEP) adalah titik impas antara total pendapatan yang diperoleh dan total biaya atau pengeluaran yang harus dikeluarkan selama masa produksi. Biasanya BEP menjadi indikator apakah sebuah bisnis bisa segera menghasilkan keuntungan bersih atau tidak.
Bagi investor variabel BEP ini penting sebab, perusahaan yang baru berdiri umumnya akan banyak mengeluarkan biaya dan mendapatkan penghasilan sehingga harus merugi terlebih dahulu. Alasannya adalah perusahaan tersebut perlu membuat tempat untuk dirinya terlebih dahulu dengan menyewa gedung, merekrut karyawan, memasarkan produk dan lain sebagainya. Di sisi lain karena produknya belum terkenal, jadi masih belum banyak orang yang membeli produk perusahaan itu.
Adanya titik BEP pada keuangan perusahaan secara langsung menandakan bahwa pendapatan perusahaan tersebut kini telah mampu menutupi biayanya. Maka dari itu, umumnya semakin cepat perusahaan mendapatkan BEP maka semakin efektif pula operasional perusahaan tersebut.
Dasar-Dasar Dari Break Even Point
Konsep dasar
Secara konseptual, break even point terjadi apabila:
BEP =TR-TC = 0 atau TR = TC =0 atau p x q = fixed cost + variable cost = 0
Keterangan:
TR = Total revenue atau total pendapatan. Total pendapatan diperoleh dari hasil kali antara harga (p) dan jumlah barang yang terjual (q).
TC = Total cost atau total biaya. Total biaya adalah hasil penambahan antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost).
Fixed cost : Jenis biaya yang nilai atau harganya tidak gampang berubah dalam jangka waktu 1 tahun contoh, sewa tanah, sewa gedung, sewa pabrik dan lain-lain.
Variable cost : Jenis biaya yang nilainya gampang berubah dalam jangka waktu satu tahun. Jenis biaya ini umumnya akan semakin besar seiring dengan membesarnya kapasitas produksi perusahaan. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya gaji karyawan dan lain sebagainya.
Asumsi
Dalam penghitungan break even point terhadap beberapa asumsi sebagai berikut:
- Barang hasil produksi terjual habis.
- Penghitungan BEP hanya bisa untuk satu produk karena ada asumsi harga dan jumlah barang yang terjual (p dan q) serta nilai total biaya tidak berubah. Oleh sebab itu jika perusahaan Anda memiliki lebih dari 1 produk, maka Anda harus menghitung nilai BEP untuk setiap barang yang diproduksi.
Cara Menghitung Break Even Point
Terdapat beberapa cara untuk menghitung break even point tergantung dari jenis BEP yang Anda gunakan untuk analisis. Berikut ini beberapa cara tersebut:
1. BEP per unit
BEP per unit adalah jenis BEP yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah unit produk yang perlu diproduksi oleh perusahaan supaya bisa impas dengan nilai fixed cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini karena umumnya perusahaan yang baru berdiri paling banyak mengeluarkan fixed cost.
Rumus BEP per unit adalah:
BEP per Unit = (Fixed cost/Harga per unit) – (variable cost per unit)
Contoh :
Perusahaan sabun A mengeluarkan biaya total sebesar Rp300.000.000 untuk memproduksi 100.000 sabun per bulan. Dari jumlah biaya tersebut, Rp200.000.000 di antaranya dipakai untuk menyewa gedung dan mesin sementara sisanya digunakan untuk membeli bahan baku dan gaji karyawan. Jika setiap sabun dijual dengan harga Rp3000, maka berapakah nilai BEP-nya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda harus tahu selisih antara harga per unit dengan variable cost per unit terlebih dahulu. Caranya, total variable cost dibagi dengan jumlah sabun yang diproduksi yaitu Rp100.000.000/100.000. Hasilnya, nilai variable cost per unit adalah sebesar 1000. Dengan harga Rp3000 per unit dan variable cost per unit sebesar 1000, maka nilai keuntungan per unit adalah 2000. Maka dari itu:
BEP per Unit = Rp200.000.000/2000 = 200.000
Ini artinya perusahaan tersebut perlu memproduksi 200.000 sabun lagi supaya bisa mencapai titik BEP.
2. BEP per penjualan dalam bentuk mata uang
BEP per penjualan dihitung untuk menjawab pertanyaan “berapakah hasil penjualan produk yang perlu didapatkan oleh sebuah perusahaan jika dia ingin mencapai titik break even point atau impas?”.
Rumusnya adalah:
BEP penjualan = (Fixed cost)/((Harga per unit- variable cost per unit) : Harga per unit)
Contoh:
Mari kita ambil contoh perusahaan sabun di atas. Dari contoh sebelumnya kita memperoleh nilai selisih antara harga per unit dan variable cost per unit adalah 2000. Maka dari itu nilai BEP penjualan sabun tersebut adalah:
BEP penjualan : 200.000.000/(2000: 3000) = 300.000.000. Ini artinya, perusahaan sabun tersebut harus berhasil menjual sabun senilai Rp300.000.000 supaya bisa impas.
3. BEP per biaya
Metode terakhir untuk menghitung BEP adalah metode BEP per biaya. Seperti yang tertulis di atas, umumnya perusahaan yang baru berdiri akan berhasil menjual sedikit produk dan membutuhkan biaya yang banyak sehingga jumlah pendapatan atau penjualan (TR) lebih kecil dibandingkan jumlah biaya (TC).
Titik BEP terjadi kalau besaran pendapatan (TR) sama dengan nilai TC atau nilai pendapatan per unit produk yang terjual (TR/q) sama dengan biaya per unit produk yang terjual (TC/q).
Oleh sebab itu, rumus BEP dengan pendekatan ini adalah:
BEP per biaya = TC/q
Contoh:
CV. Maju Jaya Manunggal memproduksi susu sapi hasil koperasi. Jika CV. Maju Jaya Manunggal menyewa kios dengan harga sewa Rp35.000.000 setahun dan memiliki biaya variabel total Rp100.000.000 per tahun, apakah CV. Maju Jaya Manunggal telah mendapatkan BEP?
BEP per biaya = TC/q = (vc+fc)/q
= (Rp100.000.000+Rp35.000.000)/150.000)
= 900
Ini artinya, untuk mendapatkan BEP, nilai rata-rata penjualan (TR/q) CV. Maju Jaya Manunggal harus 900 rupiah per unit. Apabila nilai TR/q perusahaan tersebut masih 800, maka belum bisa dikatakan BEP. Sebaliknya, kalau bisa sampai 1000, maka perusahaan tersebut dikatakan sudah mencapai titik tersebut.
Manfaat Break Even Point
Dari tadi Anda sudah tahu konsep dasar BEP dan cara menghitungnya. Tapi, tahukah Anda apa manfaat dari indikator ini? Berikut ini beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh dari menghitung break even point:
1. Untuk menganalisis potensi profitabilitas sebuah bisnis
Dengan BEP, Anda dan investor bisa memperkirakan kapan bisnis yang Anda bangun akan balik modal. Pada contoh BEP unit misalnya, perusahaan sabun di atas akan mendapatkan BEP kalau bisa memproduksi 200.000 unit sabun. Padahal sebulannya perusahaan tersebut hanya bisa memproduksi 100.000 unit sabun. Ini artinya, perusahaan tersebut perlu 2 sampai 3 bulan untuk impas.
Biasanya semakin cepat mendapatkan BEP, maka semakin efisien sebuah perusahaan. Sebab, itu artinya perusahaan tersebut bisa menekan biaya produksi sambil menggenjot penjualan.
2. Sebagai dasar penghitungan laba
Setiap perusahaan, bahkan startup sekalipun, pasti ingin BEP. Nah, cara untuk mempercepat BEP ada tiga yaitu, meningkatkan pendapatan (TR atau p*q), menekan biaya (TC atau fixed cost+variable cost) atau meningkatkan profit alias meningkatkan pendapatan sekaligus menekan biaya.
Mari kita ambil contoh pada perusahaan sabun di atas. Pada contoh BEP per unit di atas diketahui bahwa:
Fixed cost = Rp200.000.000
Variabel cost = Rp100.000.000
Jumlah produksi= 100.000 unit sabun.
Harga per unit= 3000.
Hasil= Perusahaan akan BEP kalau berhasil membuat 200.000 sabun, Dengan kapasitas saat ini, maka dia baru akan BEP di bulan kedua.
Bagaimana hasilnya kalau biaya produksi dikurangi sekaligus pendapatan ditingkatkan menjadi:
Fixed cost = Rp150.000.000
Variabel cost = Rp100.000.000
Jumlah produksi= 100.000 unit sabun.
Harga per unit= 4000.
Maka nilai BEP per unit adalah:
BEP per Unit : 150.000.000/(4000-1000) =50.000. Dengan menaikkan harga 1000 saja, perusahaan sudah bisa BEP di bulan pertama.
3. Meyakinkan investor
Semakin cepat BEP, maka semakin cepat pula sebuah perusahaan bisa mengumpulkan keuntungan bersih. Oleh karena itu, investor secara natural akan tertarik pada perusahaan yang cepat mendapatkan BEP.
Hanya saja, sebagai pengusaha Anda harus memastikan bahwa data yang digunakan untuk menghitung BEP tersebut akurat sehingga tidak menjadi bumerang kedepannya. Selain itu, gunakan indikator keuangan lainnya seperti, ROE, ROI, Cost of Capital untuk mendukung argumen yang dihasilkan dari analisis BEP ini.
Faktor Yang Bisa Mempengaruhi Break Even Point
Dari konsep dasar break even point di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada 4 faktor yang bisa mempengaruhi BEP perusahaan Anda yaitu, harga (p), jumlah barang yang terjual (q), besar kecilnya fixed cost (fc) dan besar kecilnya variabel cost (vc).
Apabila Anda ingin mempercepat break even point terjadi, maka yang harus Anda lakukan adalah meningkatkan harga penjualan (p), meningkatkan jumlah barang yang terjual (q) atau bahkan keduanya sekaligus. Sebaliknya, peningkatan biaya sewa gedung, sewa tanah (fixed cost) dan kenaikan harga bahan baku serta gaji karyawan akan memperlambat perusahaan Anda untuk bisa BEP.
Perlu diingat bahwasannya nilai BEP tidak mengindikasikan titik profit maksimal. Nilai break even point secara teoritis hanya menunjukkan kapan (pada jumlah produksi berapa) pendapatan perusahaan yang baru berdiri bisa menutupi seluruh biaya produksinya.
Profit maksimum baru bisa tercapai apabila penambahan produksi sebuah barang justru akan menurunkan total pendapatan (TR) dan meningkatkan total biaya. Ini artinya, meskipun perusahaan Anda sudah mencapai titik BEP, perusahaan tersebut masih bisa tumbuh lebih baik lagi.